Al-Qur'an: Sumber Kebahagiaan, Bukan Beban

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Dengan rahmat dan taufik-Nya kita masih diberi kesempatan untuk menuntut ilmu dan memperdalam agama ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi kita Muhammad ﷺ, keluarga beliau, para sahabatnya, serta orang-orang yang mengikuti sunnah beliau hingga hari kiamat.

Pernahkah kita merasa bahwa menjalankan perintah agama justru memberatkan? Atau berpikir bahwa dengan mendekat kepada-Nya, hidup justru menjadi sempit dan susah? Pemikiran seperti ini adalah salah satu bisikan yang dapat menjauhkan kita dari kebahagiaan sejati.

Allah ﷻ berfirman dalam Surah Taha ayat 2, "Kami tidak menurunkan Al-Qur'an ini kepadamu (Muhammad) agar kamu menjadi susah." Ayat ini adalah penegasan langsung dari Pencipta kita bahwa agama ini hadir bukan untuk mempersulit, melainkan sebagai petunjuk dan rahmat bagi semesta alam. Al-Qur'an diturunkan sebagai obat dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.

Lalu, mengapa terkadang kita melihat orang yang taat justru menghadapi banyak ujian? Nabi Muhammad ﷺ dan para sahabatnya adalah contoh terbaik. Mereka dihina, disiksa, dan dipaksa meninggalkan harta benda demi mempertahankan iman. Secara fisik, hidup mereka terlihat sengsara. Namun dalam sebuah hadits, Rasulullah ﷺ bersabda: "Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin. Semua urusannya adalah baik baginya." (HR. Muslim no. 2999).

Namun, kebahagiaan sejati bukanlah terletak pada kenyamanan fisik semata. Kebahagiaan yang hakiki adalah ketenangan yang bersemayam di dalam hati. Ujian fisik yang mereka alami tidak mampu mengusir kebahagiaan batin karena jiwa mereka telah dipenuhi dengan cahaya iman dan Al-Qur'an. Rasulullah ﷺ bersabda: "Kekayaan bukanlah banyaknya harta, tetapi kekayaan yang sebenarnya adalah kekayaan jiwa." (HR. Bukhari no. 6446).

Sebaliknya, kesengsaraan yang sesungguhnya justru datang ketika kita berpaling dari mengingat Allah ﷻ. Allah berfirman, "Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sungguh, dia akan menjalani kehidupan yang sempit." (QS. Taha: 124). Hidup sempit ini bisa dirasakan oleh siapa saja, baik kaya maupun miskin. Rasulullah ﷺ mengingatkan: "Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada rupa dan harta kalian, tetapi melihat kepada hati dan amal kalian." (HR. Muslim no. 2564).

Kesempitan itu adalah rasa gelisah, tidak pernah puas, dan hati yang terasa hampa meski dikelilingi harta benda. Ibaratnya, seperti orang yang sudah meninggal ditaruh di hotel bintang lima, dia tidak bisa menikmati kemewahan itu karena jiwanya sudah tiada. Hidup tanpa Al-Qur'an bagaikan jasad tanpa ruh. Nabi ﷺ bersabda: "Perumpamaan orang yang mengingat Tuhannya dan yang tidak, seperti orang hidup dan mati." (HR. Bukhari no. 6407).

Oleh karena itu, parameter kebahagiaan kita perlu diluruskan. Jangan mengukur kebahagiaan hanya dari jumlah harta, penampilan, atau jabatan. Ukurlah dari seberapa tenang hati kita, seberapa dekat hubungan kita dengan-Nya, dan seberapa sering kita berinteraksi dengan Al-Qur'an. Rasulullah ﷺ menegaskan: "Bukanlah kebaikan itu dengan banyaknya harta dan anak, tetapi kebaikan itu dengan banyaknya ilmu." (HR. Muslim no. 2057).

Al-Qur'an sendiri Allah sebut sebagai "ruh" dari perintah-Nya. "Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) ruh (Al-Qur'an) dengan perintah Kami." (QS. Asy-Syura: 52). Maka, logikanya, kehidupan yang sehat dan bahagia membutuhkan "ruh" tersebut. Nabi ﷺ bersabda: "Sesungguhnya orang yang paling utama di antara kalian adalah yang mempelajari Al-Qur'an dan mengajarkannya." (HR. Bukhari no. 5027).

Dalam menjalani kehidupan, kita perlu menjaga keseimbangan. Rasulullah ﷺ mengajarkan: "Berdirilah untuk shalat malam, tapi jangan seluruh malam. Berpuasalah, tapi jangan terus-menerus." (HR. Bukhari no. 1131). Ini menunjukkan bahwa Islam mengajarkan moderasi dalam beribadah. Keseimbangan inilah yang membuat jiwa tetap sehat dan bahagia.

Allah berfirman dalam Surah Al-Baqarah ayat 286: "Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya." Ayat ini menjadi jaminan bahwa setiap perintah dalam Islam pasti sesuai dengan kemampuan hamba-Nya. Nabi ﷺ pun bersabda: "Agama itu mudah, dan tidaklah seseorang mempersulit agama kecuali akan dikalahkan." (HR. Bukhari no. 39).

Ketika menghadapi ujian, seorang mukmin senantiasa bersabar. Rasulullah ﷺ bersabda: "Tidaklah seorang muslim ditimpa keletihan, penyakit, kesusahan, kesedihan, gangguan, dan kegundahan hingga duri yang menusuknya, melainkan Allah akan menghapus dosa-dosanya." (HR. Bukhari no. 5641). Inilah yang membedakan seorang beriman dengan lainnya.

Sebagai penutup, mari kita renungkan firman-Nya, "Maka barangsiapa mengikuti petunjuk-Ku, dia tidak akan sesat dan tidak akan celaka." (QS. Taha: 123). Inilah janji Allah yang pasti. Mengikuti petunjuk-Nya melalui Al-Qur'an dan Sunnah Nabi-Nya ﷺ adalah jaminan untuk tidak tersesat di dunia dan tidak celaka di akhirat. Rasulullah ﷺ bersabda: "Aku tinggalkan untuk kalian dua pusaka, kalian tidak akan tersesat selama berpegang kepadanya: Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya." (HR. Malik no. 1661).

Marilah kita bersyukur atas nikmat terbesar ini, nikmat iman dan Islam. Kita jadikan Al-Qur'an sebagai sahabat dan pedoman, karena di dalamnya terdapat obat bagi segala penyakit hati dan kunci dari segala kebahagiaan. Nabi ﷺ bersabda: "Sesungguhnya aku tinggalkan untuk kalian sesuatu yang jika kalian berpegang teguh padanya, niscaya kalian tidak akan tersesat setelahku selama-lamanya: Kitabullah dan sunnahku." (HR. Al-Hakim no. 318).

Semoga kita termasuk hamba-hamba-Nya yang mampu memahami hakikat kebahagiaan sejati, yang tidak tergoyahkan oleh badai kehidupan dunia, dan senantiasa berpegang teguh pada petunjuk-Nya hingga akhir hayat.

 

Techy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ART
Techy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ART