Jangan Biarkan Harimu Kosong Dari Ilmu

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Dengan rahmat dan taufik-Nya kita masih diberi kesempatan untuk menuntut ilmu dan memperdalam agama ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi kita Muhammad ﷺ, keluarga beliau, para sahabatnya, serta orang-orang yang mengikuti sunnah beliau hingga hari kiamat.

Segala puji bagi ﷲ yang telah memberikan kepada kita nikmat terbesar berupa petunjuk dan ilmu. Tanpa ilmu, manusia hidup dalam kegelapan dan kebingungan. Karena itu, seorang mukmin tidak seharusnya membiarkan satu hari pun berlalu tanpa menambah ilmu. Imam Ahmad rahimahullah berkata,
“Manusia lebih membutuhkan ilmu daripada makanan dan minuman. Sebab, seseorang hanya butuh makan dua atau tiga kali sehari, sedangkan ia butuh ilmu setiap saat.”

Manusia hidup tidak cukup dengan semangat dan niat baik. Ia membutuhkan panduan agar setiap amalnya benar di sisi ﷲ. Tanpa ilmu, semangat bisa tersesat, amal bisa tertolak, dan niat baik bisa menjadi sia-sia. ﷲ berfirman, “Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” (QS. Az-Zumar: 9). Ayat ini menunjukkan kemuliaan orang berilmu di sisi-Nya.

Manusia lahir tanpa pengetahuan sedikit pun. Sebagaimana firman ﷲ, “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, lalu Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati agar kamu bersyukur.” (QS. An-Nahl: 78). Tiga nikmat besar inilah yang menjadi pintu masuk ilmu: telinga untuk mendengar, mata untuk melihat, dan hati (fuad) untuk memahami.

Hewan juga memiliki pendengaran dan penglihatan, tapi tidak memiliki fuad — hati yang mampu merenung dan memahami. Itulah sebabnya manusia dimuliakan. Namun, ketika hati tidak digunakan untuk berpikir tentang kebenaran, manusia bisa lebih sesat daripada hewan. ﷲ berfirman, “Mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami; mereka memiliki mata tetapi tidak digunakan untuk melihat; mereka memiliki telinga tetapi tidak digunakan untuk mendengar. Mereka seperti binatang ternak, bahkan lebih sesat lagi.” (QS. Al-A’raf: 179).

Hati atau fuad adalah pusat pemahaman. Namun, hati bisa rusak karena dosa dan kebiasaan berpikir hal yang tidak berguna. Nabi ﷺ bersabda, “Di antara tanda baiknya Islam seseorang adalah meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat baginya.” (HR. Tirmidzi no. 2317). Maka, menjaga hati dari hal sia-sia adalah langkah penting agar ilmu mudah masuk dan menetap di dalamnya.

Dalam kehidupan sehari-hari, pikiran manusia terbagi dua: urusan dunia dan urusan agama. Urusan dunia tidak selalu buruk, namun terlalu larut di dalamnya membuat hati keras dan lupa kepada ﷲ. ﷲ mengingatkan, “Janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri.” (QS. Al-Hasyr: 19). Karena itu, seorang mukmin hendaknya menyeimbangkan antara kebutuhan dunia dan akhirat, dengan menjadikan ilmu agama sebagai prioritas utama.

Menuntut ilmu memang melelahkan. Tapi sebagaimana dikatakan sebagian ulama, “Lelah karena ilmu akan berbuah ketenangan, sedangkan lelah karena dunia hanya melahirkan penyesalan.” Orang yang belajar akan merasakan payah di awal, tapi buahnya manis di akhir. Sebaliknya, orang yang hanya sibuk dengan dunia akan menikmati sesaat lalu menyesal selamanya.

Ilmu juga menjadikan hidup lebih tenang. Orang yang berilmu tahu bagaimana menyikapi masalah dengan sabar dan tawakal. Ia tahu mana yang halal dan haram, mana yang hak dan batil. Karena itulah, orang berilmu disebut sebagai cahaya bagi umat. Nabi ﷺ bersabda, “Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim no. 2699).

Menuntut ilmu bukan hanya kewajiban, tapi juga bentuk rasa syukur atas nikmat yang diberikan ﷲ. Pendengaran, penglihatan, dan hati — semua akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat. Sebagaimana firman ﷲ, “Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawaban.” (QS. Al-Isra: 36). Maka jangan gunakan nikmat tersebut untuk mendengar hal sia-sia, melihat maksiat, atau memikirkan keburukan.

Ilmu tidak datang dalam semalam. Tidak ada “ilmu laduni” bagi manusia biasa, karena ilmu harus diusahakan dengan sabar dan terus-menerus. Para ulama terdahulu belajar bertahun-tahun, berjalan jauh demi satu hadis, dan menulis ribuan lembar untuk menjaga ilmu. Jika mereka saja berjuang keras, bagaimana mungkin kita ingin berilmu tanpa usaha?

Setiap hari adalah kesempatan untuk menambah ilmu. Mungkin hanya satu ayat, satu hadis, atau satu pelajaran baru, tapi jika dilakukan terus-menerus, akan menjadi gunung pahala di sisi ﷲ. Nabi ﷺ bersabda, “Amal yang paling dicintai oleh Allah adalah yang paling terus-menerus walaupun sedikit.” (HR. Bukhari no. 6465, Muslim no. 783). Maka jangan biarkan satu hari pun kosong tanpa ilmu.

Menuntut ilmu bukan sekadar mendengar kajian, tapi memahami dan mengamalkannya. Sebab ilmu tanpa amal bagaikan pohon tanpa buah. Ilmu yang diamalkan akan menerangi hati, sedangkan ilmu yang disia-siakan akan menjadi hujjah yang memberatkan di akhirat.

Maka, mari jadikan ilmu sebagai nafas hidup kita. Setiap hari, walau sesibuk apa pun, sisihkan waktu untuk belajar agama, membaca Al-Qur’an, atau mendengarkan nasihat para ulama. Karena dengan ilmu, kita mengenal ﷲ, mencintai Nabi ﷺ, dan tahu jalan menuju surga. Kesimpulanya, Ilmu adalah cahaya yang menerangi kehidupan seorang mukmin. Ia membimbing hati untuk mengenal ﷲ, menuntun amal agar benar, dan menjaga jiwa dari kesesatan. Jangan biarkan satu hari pun berlalu tanpa menambah ilmu, karena hari tanpa ilmu adalah hari yang sia-sia.

 

Techy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ART
Techy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ART