Ustadz Mubarak Bamuallim: Tauhid Pondasi Utama Seorang Relawan
Segala puji bagi Allah Subḥānahu wa Taʿālā, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam tercurahkan kepada Nabi Muhammad ﷺ, keluarga, sahabat, serta seluruh umat yang istiqamah mengikuti sunnah beliau hingga hari kiamat.
Wahai saudara-saudaraku, kita harus memahami bahwa kita semua adalah hamba Allah, tidak memiliki kemampuan apa pun kecuali dengan pertolongan-Nya. Allah tidak butuh kita, namun kita selalu bergantung kepada-Nya, dalam segala keadaan—besar maupun kecil, lahir dan batin, dunia maupun akhirat.
Rasulullah ﷺ bersabda dalam hadis qudsi:
يَا عِبَادِي كُلُّكُمْ ضَالٌّ إِلَّا مَنْ هَدَيْتُهُ فَاسْتَهْدُونِي أَهْدِكُمْ
“Wahai hamba-Ku, kalian semua tersesat kecuali yang Aku beri petunjuk, maka mintalah petunjuk kepada-Ku, niscaya Aku beri petunjuk kepada kalian.”
—HR. Muslim
Allah Tidak Membutuhkan Kita
Allah berfirman:
﴿ وَقَالَ مُوسَىٰٓ إِن تَكْفُرُوٓا۟ أَنتُمْ وَمَن فِى ٱلْأَرْضِ جَمِيعًۭا فَإِنَّ ٱللَّهَ لَغَنِىٌّ حَمِيدٌ ﴾
“Jika kamu dan seluruh manusia di bumi kafir, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.”
—QS. Ibrāhīm: 8
Dan firman-Nya:
﴿ إِن تَكْفُرُوا۟ فَإِنَّ ٱللَّهَ غَنِىٌّ عَنكُمْ ۖ وَلَا يَرْضَىٰ لِعِبَادِهِ ٱلْكُفْرَ ۖ وَإِن تَشْكُرُوا۟ يَرْضَهُ لَكُمْ ﴾
“Jika kalian kufur, Allah tidak membutuhkan kalian. Namun jika kalian bersyukur, Allah ridha kepada kalian.”
—QS. Az-Zumar: 7
Allah tidak membutuhkan ibadah kita, justru kitalah yang membutuhkan ibadah kepada Allah.
Makna Syukur yang Sebenarnya
Para ulama menjelaskan bahwa syukur memiliki tiga unsur:
1. Syukur dengan hati
Mengakui bahwa semua nikmat datang dari Allah:
﴿ وَمَا بِكُم مِّن نِّعْمَةٍۢ فَمِنَ ٱللَّهِ ﴾
“Segala nikmat yang ada padamu adalah dari Allah.”
—QS. An-Naḥl: 53
2. Syukur dengan lisan
Menyebut nikmat Allah, memuji-Nya dan memperbanyak ucapan:
الحمد لله
Allah berfirman:
﴿ وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ ﴾
“Adapun nikmat Tuhanmu, maka nyatakanlah.”
—QS. Ad-Duḥā: 11
3. Syukur dengan amal
Menggunakan nikmat untuk taat kepada-Nya:
Doa Nabi Sulaiman:
﴿ رَبِّ أَوْزِعْنِىٓ أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ ٱلَّتِىٓ أَنْعَمْتَ عَلَىَّ وَعَلَىٰ وَٰلِدَىَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًۭا تَرْضَىٰهُ ﴾
“Ya Rabb, ilhamkan aku untuk mensyukuri nikmat-Mu dan melakukan amal saleh yang Engkau ridhai.”
—QS. An-Naml: 19
Hidayah Tidak Pernah Cukup Sekali
Kita membaca Ihdinas-shirāṭal-mustaqīm minimal 17 kali sehari karena kita membutuhkan:
- 
Hidayah Penjelasan (ilmu)
 - 
Hidayah Taufik (kemampuan untuk mengamalkan)
 
Ibnul Qayyim berkata:
“Hidayah tidak akan sempurna kecuali dengan ilmu dan amal.”
Hadis Qudsi tentang Kebutuhan Hamba kepada Allah
Rasulullah ﷺ bersabda:
يَا عِبَادِي كُلُّكُمْ جَائِعٌ إِلَّا مَنْ أَطْعَمْتُهُ فَاسْتَطْعِمُونِي أُطْعِمْكُمْ
“Wahai hamba-Ku, kalian semua lapar kecuali yang Aku beri makan, maka mintalah kepada-Ku niscaya Aku beri kalian makan.”
—HR. Muslim
Begitu pula dalam hal pakaian, ampunan, petunjuk, dan segala kebutuhan.
Semua Amal Kembali Kepada Kita
Allah berfirman:
﴿ مَنْ عَمِلَ صَـٰلِحًۭا فَلِنَفْسِهِۦ ۖ وَمَنْ أَسَآءَ فَعَلَيْهَا ﴾
“Barangsiapa beramal saleh, maka manfaatnya untuk dirinya; dan yang berbuat buruk, maka keburukannya kembali kepada dirinya.”
—QS. Fuṣṣilat: 46
Kita beribadah bukan untuk Allah mendapatkan manfaat, tetapi agar kita menjadi bertakwa.
Kesimpulan
- 
Allah tidak butuh kita, kitalah yang butuh Allah.
 - 
Syukur harus dengan hati, lisan, dan amal.
 - 
Hidayah harus diminta terus-menerus.
 - 
Semua amal kembali kepada diri kita.
 - 
Tujuan ibadah adalah meraih derajat takwa dan cinta Allah.
 
Semoga Allah memberi kita hati yang tunduk, lisan yang bersyukur, dan tubuh yang taat kepada-Nya. Āmīn.
Doa Penutup
اللَّهُمَّ أَعِنَّا عَلَىٰ ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ
“Ya Allah, tolong kami untuk selalu mengingat-Mu, bersyukur kepada-Mu, dan memperbagus ibadah kami kepada-Mu.”
—HR. Abu Dawud

Posting Komentar