Rahasia Sifat Sholat Nabi ﷺ yang Harus Kita Ikuti

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Dengan rahmat dan taufik-Nya kita masih diberi kesempatan untuk menuntut ilmu dan memperdalam agama ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi kita Muhammad ﷺ, keluarga beliau, para sahabatnya, serta orang-orang yang mengikuti sunnah beliau hingga hari kiamat.

Sholat adalah tiang agama, ibadah pertama yang akan dihisab pada hari kiamat. Nabi ﷺ bersabda, “Sesungguhnya amal hamba yang pertama kali akan dihisab pada hari kiamat adalah sholat. Jika sholatnya baik, maka dia akan beruntung dan selamat. Jika sholatnya rusak, maka dia akan celaka dan merugi.” (HR. Tirmidzi no. 413). Dari hadits ini kita memahami betapa besar kedudukan sholat dalam kehidupan seorang muslim.

Namun tidak semua sholat diterima oleh ﷲ. Sholat harus dilakukan sesuai dengan tuntunan Nabi ﷺ. Karena itu beliau bersabda, “Sholatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku sholat.” (HR. Bukhari no. 631). Hadits ini menunjukkan bahwa mengikuti cara sholat Nabi ﷺ adalah jaminan agar ibadah kita benar.

Para sahabat meriwayatkan secara rinci bagaimana Nabi ﷺ sholat, dari mulai takbiratul ihram hingga salam. Ilmu ini kemudian dikumpulkan dalam kitab-kitab para ulama, di antaranya karya Syaikh Al-Albani rahimahullah dalam kitab Sifat Shalat Nabi ﷺ. Dengan mempelajarinya, kita bisa mengetahui detail gerakan dan bacaan dalam sholat.

Dalam sholat ada dua unsur utama: gerakan dan bacaan. Kedua unsur ini harus berjalan beriringan. Sholat tidak sempurna jika hanya ada gerakan tanpa bacaan, atau bacaan tanpa gerakan. Keduanya menjadi satu kesatuan ibadah yang tidak bisa dipisahkan.

Di dalam sholat juga terdapat tingkatan hukum. Ada rukun, yaitu bagian yang jika ditinggalkan, maka sholat tidak sah, baik ditinggalkan sengaja maupun lupa. Misalnya, rukun seperti berdiri dalam sholat fardhu bagi yang mampu, membaca Al-Fatihah, rukuk, sujud, dan salam.

Selain rukun ada kewajiban (wajib). Jika kewajiban ini ditinggalkan dengan sengaja maka sholat batal, tetapi jika lupa maka ditutup dengan sujud sahwi. Contohnya adalah membaca doa iftitah menurut sebagian pendapat, atau membaca tasyahhud awal.

Adapun sunnah adalah amalan yang jika dilakukan menambah kesempurnaan, tetapi jika ditinggalkan sholat tetap sah. Misalnya mengangkat tangan ketika takbir, atau menunjuk jari telunjuk ketika tasyahhud. Sunnah ini meski tidak wajib, menunjukkan keindahan dan kekhusyukan sholat Nabi ﷺ.

Rasulullah ﷺ juga mengajarkan tentang niat. Niat adalah pembeda antara ibadah satu dengan yang lain. Dalam sholat, niat harus jelas untuk membedakan apakah kita sholat Zhuhur, Ashar, Maghrib, atau Isya. Tanpa niat yang benar, seseorang bisa saja hanya melakukan gerakan tanpa tahu ibadah apa yang sedang dilakukan.

Niat ini bukan berarti harus dilafalkan dengan lisan, karena Nabi ﷺ tidak pernah mencontohkannya. Niat cukup dalam hati, yaitu tekad yang bersamaan dengan takbiratul ihram. Inilah yang disebut takyin, yaitu penentuan jenis sholat.

Selain niat, ada pula bacaan-bacaan penting dalam sholat. Yang paling utama adalah surat Al-Fatihah, karena Nabi ﷺ bersabda, “Tidak sah sholat seseorang yang tidak membaca Al-Fatihah.” (HR. Bukhari no. 756, Muslim no. 394). Inilah rukun yang tidak boleh ditinggalkan.

Dalam Al-Qur’an, ﷲ juga menegaskan pentingnya menjaga sholat. “Sesungguhnya sholat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat ﷲ (dalam sholat) itu lebih besar (keutamaannya).” (QS. Al-‘Ankabut: 45). Ayat ini menjelaskan bahwa sholat bukan sekadar gerakan, tetapi ibadah yang memperbaiki akhlak.

Karena itu, sholat harus dilakukan dengan penuh kesungguhan, tidak sekadar rutinitas. Sholat yang benar akan membuahkan kekhusyukan, ketenangan, dan menjauhkan kita dari dosa.

Jika seseorang tidak sempurna dalam sholat wajibnya, maka amalan sunnah akan menambalnya. Sebagaimana disebutkan dalam hadits, “Sesungguhnya amalan seorang hamba yang pertama kali dihisab pada hari kiamat adalah sholatnya. Jika ia sempurna maka ditulis sempurna, dan jika kurang maka ﷲ berfirman, ‘Lihatlah apakah hamba-Ku memiliki sholat sunnah.’ Jika ia punya, maka sholat wajibnya akan disempurnakan dengan sholat sunnah.” (HR. Abu Dawud no. 864).

Hal ini menunjukkan betapa pentingnya menjaga sholat sunnah, baik rawatib, tahajjud, dhuha, maupun witir. Semua itu menjadi pelengkap dan penyempurna sholat wajib kita.

Dengan demikian, seorang muslim hendaknya berusaha semaksimal mungkin mencontoh sholat Nabi ﷺ dalam setiap gerakan, bacaan, niat, rukun, wajib, dan sunnahnya. Semakin dekat sholat kita dengan sholat Nabi ﷺ, semakin besar harapan diterima di sisi ﷲ.

Ulama menegaskan bahwa ibadah yang benar adalah ibadah yang sesuai dengan tuntunan Nabi ﷺ dan ikhlas karena ﷲ. Sebagaimana firman-Nya, “Maka barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, hendaklah ia beramal shalih dan tidak mempersekutukan seorang pun dalam ibadah kepada-Nya.” (QS. Al-Kahfi: 110).

Dari sini jelas bahwa sholat bukan sekadar kewajiban, tetapi jalan untuk mendekatkan diri kepada ﷲ. Dengan mencontoh Nabi ﷺ, kita mendapat kepastian bahwa ibadah kita benar dan diterima.

Semoga ﷲ menjadikan kita termasuk hamba-Nya yang senantiasa memperbaiki sholat, mencontoh Rasulullah ﷺ, dan meraih keselamatan di dunia dan akhirat.

 

Techy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ART
Techy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ART