Mengenal Rukun Iman dan Penyimpangan Pemikiran Filsafat
![]() |
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Dengan rahmat dan taufik-Nya kita masih diberi kesempatan untuk menuntut ilmu dan memperdalam agama ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi kita Muhammad ﷺ, keluarga beliau, para sahabatnya, serta orang-orang yang mengikuti sunnah beliau hingga hari kiamat.
Umat Islam meyakini enam rukun iman yang menjadi pondasi keyakinan. Rukun ini mencakup iman kepada Allah ﷻ, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, serta takdir yang baik dan buruk. Keyakinan ini bersumber dari wahyu yang Allah ﷻ turunkan.
Dalil yang menjadi landasan rukun iman ini sangat jelas dalam Al-Qur'an. Allah ﷻ berfirman dalam Surah Al-Baqarah ayat 285, "Rasul telah beriman kepada Al-Qur'an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah ﷻ, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya."
Rasulullah ﷺ juga menjelaskan hal yang sama ketika ditanya oleh Malaikat Jibril tentang iman. Beliau ﷺ bersabda, "Iman adalah engkau beriman kepada Allah ﷻ, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk." (HR. Muslim No. 8)
Namun, ternyata ada pemikiran lain yang sangat bertolak belakang dengan akidah Islam. Pemikiran ini berasal dari para filsuf Yunani seperti Aristoteles dan Plato, yang kemudian diikuti oleh sebagian pemikir Muslim seperti Al-Farabi dan Ibnu Sina.
Para filsuf ini menolak konsep penciptaan alam dari tidak ada menjadi ada. Bagi mereka, logika tidak bisa menerima bahwa Allah ﷻ dahulu sendirian, lalu menciptakan alam. Mereka lalu menciptakan teori yang disebut "emanasi".
Teori emanasi menyatakan bahwa alam semesta ini bukanlah ciptaan Allah ﷻ, melainkan merupakan "curahan" atau konsekuensi otomatis dari wujud-Nya. Mereka berpendapat bahwa alam dan Allah ﷻ sama-sama azali (tidak memiliki permulaan).
Konsekuensinya, mereka juga menolak sifat-sifat Allah ﷻ. Menurut logika mereka, Allah ﷻ haruslah "Wujud Mutlak" yang sangat sederhana, tanpa sifat-sifat seperti kehendak, berbicara, mendengar, atau melihat. Sifat-sifat itu dianggap akan merusak kesempurnaan dan keesaan-Nya.
Mereka bahkan menyatakan bahwa Allah ﷻ tidak mengetahui hal-hal yang detail dan khusus di dunia. Allah ﷻ hanya mengetahui hal-hal yang bersifat umum dan universal saja. Ini jelas bertentangan dengan firman Allah ﷻ dalam Surah Saba’ ayat 3, "Dan tidak ada sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak ada sesuatu yang basah atau kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)."
Pemikiran sesat ini juga merambah pada konsep kitab suci. Bagi mereka, Al-Qur'an bukanlah Kalamullah (firman Allah ﷻ), melainkan hanya "curahan" dari suatu entitas yang mereka sebut "Akal Fa'al". Malaikat Jibril yang ditugaskan menyampaikan wahyu pun diingkari keberadaannya.
Mereka memandang kenabian bukan sebagai pilihan dan mukjizat dari Allah ﷻ, melainkan sebagai hasil usaha dan latihan spiritual seseorang. Menurut mereka, jika seseorang berlatih keras, ia bisa "terhubung" dengan Akal Fa'al dan menjadi nabi. Ini bertentangan dengan firman Allah ﷻ dalam Surah Al-Hajj ayat 75, "Allah ﷻ memilih utusan-utusan-(Nya) dari malaikat dan dari manusia."
Keyakinan mereka tentang hari akhir juga menyimpang. Mereka mengingkari kebangkitan jasmani dari kubur, surga, dan neraka yang hakiki. Mereka menganggapnya hanya sebagai kiasan atau metafora untuk menakut-nakuti orang awam agar berbuat baik.
Pemikiran filsafat model ini pada intinya menolik seluruh rukun iman yang diyakini oleh Ahlus Sunnah wal Jama'ah. Oleh karena itu, umat Islam harus waspada dan berpegang teguh pada pemahaman yang benar yang bersumber dari Al-Qur'an dan hadits.
Allah ﷻ telah memperingatkan dalam Surah An-Nisa’ ayat 171, "Maka berimanlah kepada Allah ﷻ dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan, "(Tuhan itu) tiga", berhentilah (dari ucapan itu). Itu lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah ﷻ Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah ﷻ dari mempunyai anak."
Marilah kita menjaga akidah kita dari berbagai syubhat dan pemikiran yang menyesatkan. Kita memohon perlindungan kepada Allah ﷻ agar diberikan keteguhan iman hingga akhir hayat.
Posting Komentar