Ketenangan Hati dengan Mengenal Kedudukan ﷲ
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Dengan rahmat dan taufik-Nya kita masih diberi kesempatan untuk menuntut ilmu dan memperdalam agama ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi kita Muhammad ﷺ, keluarga beliau, para sahabatnya, serta orang-orang yang mengikuti sunnah beliau hingga hari kiamat.
Pertanyaan tentang “di mana ﷲ” sering muncul di tengah masyarakat. Sebagian orang bingung karena ada yang mengatakan bahwa ﷲ berada di mana-mana, ada pula yang menegaskan bahwa ﷲ berada di atas ‘Arsy. Untuk menjawab hal ini, kita perlu kembali kepada penjelasan para imam madzhab besar dalam Islam, karena mereka adalah pewaris ilmu dari para sahabat dan tabi’in.
Imam Abu Hanifah رحمه الله menegaskan bahwa orang yang ragu apakah ﷲ berada di langit atau di bumi telah jatuh pada kekufuran. Sebab, keyakinan bahwa ﷲ berada di atas ‘Arsy adalah perkara yang jelas dalam agama. Beliau juga menjelaskan bahwa ketika ﷲ berfirman, “Dan Dia bersama kalian di mana saja kalian berada” (QS. Al-Hadid: 4), maknanya bukan berarti ﷲ bercampur dengan makhluk, tetapi menunjukkan ilmu-Nya yang meliputi segala sesuatu.
Imam Malik رحمه الله pernah ditanya tentang bagaimana cara ﷲ beristiwa di atas ‘Arsy. Mendengar pertanyaan itu, beliau marah dan berkata, “Istiwa itu sudah diketahui maknanya, bagaimana caranya tidak bisa dipahami, mengimaninya wajib, dan bertanya tentang caranya adalah bid’ah.” Perkataan ini menunjukkan bahwa kita wajib meyakini ﷲ beristiwa di atas ‘Arsy tanpa perlu membayangkan seperti apa caranya.
Imam Asy-Syafi’i رحمه الله menjelaskan bahwa ﷲ akan dilihat oleh orang beriman di akhirat kelak, sebagaimana firman-Nya: “Wajah-wajah pada hari itu berseri-seri, kepada Rabb-nya mereka melihat” (QS. Al-Qiyamah: 22-23). Beliau juga menegaskan bahwa ﷲ berada di atas ‘Arsy, dan Dia bisa mendekat kepada hamba-Nya yang Dia kehendaki.
Imam Ahmad رحمه الله menyatakan bahwa ﷲ berada di atas ‘Arsy sebagaimana Dia kehendaki. Beliau menegaskan bahwa semua sifat ﷲ hanya bisa dipahami melalui apa yang Dia kabarkan tentang diri-Nya, tanpa boleh dipelintir atau disamakan dengan sifat makhluk. Inilah bentuk tauhid yang lurus.
Dalil dari Al-Qur’an sangat jelas mengenai hal ini. ﷲ berfirman: “Ar-Rahman beristiwa di atas ‘Arsy” (QS. Thaha: 5). Ayat ini menunjukkan dengan tegas bahwa ﷲ berada di atas, bukan di mana-mana. Dalam hadits yang sahih, Rasulullah ﷺ bertanya kepada seorang budak perempuan, “Di mana ﷲ?” Budak itu menjawab, “Di langit.” Rasulullah ﷺ kemudian berkata, “Bebaskanlah dia, karena dia seorang mukminah.” (HR. Muslim no. 537).
Keyakinan para imam madzhab ini diikuti oleh banyak ulama setelahnya. Mereka menolak pemahaman bahwa ﷲ menyatu dengan makhluk atau ada di segala tempat. Para ulama Ahlus Sunnah seperti Ibnu Abdil Barr, Abu Ya’la, dan Ibnu Abi Zamanin sepakat bahwa ﷲ berada di atas ‘Arsy dan terpisah dari makhluk-Nya.
Mengimani kedudukan ﷲ dengan benar memiliki pengaruh besar dalam kehidupan seorang muslim. Ketika seorang hamba meyakini bahwa Rabb-nya Maha Tinggi, Maha Melihat, dan Maha Mengetahui segala yang ia lakukan, maka ia akan lebih mudah menjaga diri dari maksiat. Sebaliknya, ia juga akan merasa tenang karena tahu bahwa pertolongan ﷲ selalu dekat.
Dalam sejarah, kita bisa melihat bagaimana aqidah yang benar menumbuhkan keteguhan hati. Kisah Ashab al-Ukhdud menggambarkan betapa kuatnya iman mereka kepada ﷲ, meskipun harus dibakar hidup-hidup. Mereka yakin bahwa Rabb mereka berada di atas segalanya dan akan membalas keimanan mereka di akhirat. Kisah ini diceritakan dalam QS. Al-Buruj: 4-8.
Rasulullah ﷺ bersabda: “Barang siapa meninggal dunia dalam keadaan tidak menyekutukan ﷲ dengan sesuatu pun, maka ia akan masuk surga.” (HR. Bukhari no. 1237, Muslim no. 94). Hadits ini menegaskan bahwa aqidah tauhid yang lurus akan menyelamatkan seorang hamba di akhirat.
Keyakinan bahwa ﷲ berada di atas ‘Arsy juga memberikan ketenangan batin. Seorang muslim tidak perlu bingung mencari Rabb-nya di mana-mana, cukup dengan menengadahkan tangan ke langit saat berdoa, karena dia yakin bahwa Rabb-nya Maha Tinggi dan Maha Mendengar.
Di dunia, tauhid menghadirkan ketentraman, keberkahan, dan kekuatan iman. Di akhirat, tauhid akan menjadi penyebab seseorang selamat dari siksa kekal dan dimasukkan ke dalam surga. Oleh sebab itu, menjaga aqidah sesuai dengan pemahaman para imam madzhab adalah hal yang sangat penting.
Kita harus berhati-hati dari pemikiran yang menyelewengkan sifat-sifat ﷲ, karena hal itu bisa mengurangi atau bahkan merusak keimanan. Para ulama menegaskan, memahami sifat-sifat ﷲ tidak boleh dengan akal semata, tetapi harus mengikuti apa yang ﷲ dan Rasul-Nya kabarkan.
Maka jelaslah bahwa menurut para imam madzhab, ﷲ berada di atas ‘Arsy dengan cara yang sesuai dengan keagungan-Nya. Kita wajib meyakini hal ini tanpa bertanya bagaimana caranya, karena akal manusia terbatas dan tidak mungkin bisa menggambarkan Dzat ﷲ.
Dengan aqidah yang benar, seorang muslim akan memiliki pondasi iman yang kuat, sehingga bisa menghadapi ujian kehidupan dengan sabar dan penuh harap kepada ﷲ. Sebab ia yakin bahwa Rabb yang Maha Tinggi selalu bersamanya dengan ilmu-Nya, melihat amal perbuatannya, dan mendengar doa-doanya.
Semoga kita semua diberikan keteguhan iman untuk senantiasa berpegang teguh pada aqidah yang benar sesuai dengan ajaran Rasulullah ﷺ dan para ulama salaf. Karena aqidah yang lurus inilah yang akan menjadi penyelamat di dunia dan akhirat.
Posting Komentar