Jangan Putus Asa, Taubat Membuka Pintu Surga
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Dengan rahmat dan taufik-Nya kita masih diberi kesempatan untuk menuntut ilmu dan memperdalam agama ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi kita Muhammad ﷺ, keluarga beliau, para sahabatnya, serta orang-orang yang mengikuti sunnah beliau hingga hari kiamat.
Segala puji hanya milik ﷲ ﷻ yang membuka pintu rahmat-Nya seluas langit dan bumi. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad ﷺ, penutup para nabi, yang telah mengajarkan kita jalan taubat dan pengampunan.
Manusia tidak pernah lepas dari dosa. Sebab manusia bukan makhluk yang sempurna, ia pasti pernah salah, lupa, dan tergelincir. Namun, setiap kesalahan bukanlah akhir segalanya. Justru dari kesalahan itu kita diingatkan agar kembali mendekat kepada ﷲ ﷻ dengan taubat dan istighfar.
Dalam Al-Qur’an, ﷲ ﷻ menegaskan: “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.” (QS. Āli ‘Imrān: 133). Ayat ini mengajarkan agar kita tidak menunda taubat, sebab surga diperuntukkan bagi mereka yang segera memohon ampun.
Orang yang bertakwa bukanlah orang yang tidak pernah berbuat dosa, melainkan mereka yang ketika berbuat dosa segera mengingat ﷲ ﷻ dan meminta ampun. ﷲ ﷻ berfirman: “Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menzalimi diri sendiri, mereka segera ingat kepada ﷲ lalu memohon ampun atas dosa-dosanya, dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain ﷲ? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan dosanya itu sedang mereka mengetahui.” (QS. Āli ‘Imrān: 135).
Ayat ini menjadi kabar gembira bagi setiap hamba yang pernah tergelincir. Selama masih ada kehidupan, pintu taubat tidak pernah tertutup. Bahkan dosa sebesar apapun, jika diiringi taubat yang tulus, maka ﷲ ﷻ akan mengampuni.
Rasulullah ﷺ bersabda: “Setiap anak Adam banyak berbuat salah, dan sebaik-baik orang yang banyak salah adalah yang banyak bertaubat.” (HR. Tirmidzi, no. 2499, hasan). Hadits ini menegaskan bahwa kesalahan adalah tabiat manusia, namun keutamaannya ada pada siapa yang mau kembali kepada ﷲ ﷻ.
Kesalahan hakikatnya bukan merugikan ﷲ ﷻ, melainkan merugikan diri sendiri. Setiap dosa adalah luka pada hati, dan taubat adalah obatnya. Seperti seseorang yang jatuh ke dalam lumpur, maka ia butuh segera membersihkan diri. Begitu pula dengan dosa, jangan ditunda untuk dicuci dengan istighfar.
Ada orang yang menunda taubat dengan alasan masih muda atau masih sehat. Padahal kita tidak tahu kapan ajal menjemput. Semakin cepat bertaubat, semakin mudah membersihkan hati. Nabi ﷺ bersabda: “Sesungguhnya ﷲ menerima taubat seorang hamba selama ruh belum sampai di tenggorokannya.” (HR. Tirmidzi, no. 3537, hasan).
Memaafkan juga bagian dari sifat orang bertakwa. Mereka tidak hanya meminta ampun kepada ﷲ ﷻ, tapi juga memaafkan kesalahan sesama. Karena memaafkan bukan kelemahan, melainkan tanda hati yang bersih dan dekat dengan ﷲ ﷻ.
Kadang orang yang menyakiti kita juga sedang terluka. Dengan memaafkan, kita tidak hanya menolong diri sendiri dari beban dendam, tetapi juga mendekatkan diri kepada rahmat ﷲ ﷻ. Firman-Nya: “Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang setimpal, tetapi barang siapa memaafkan dan berbuat baik, maka pahalanya atas (tanggungan) ﷲ.” (QS. Asy-Syūrā: 40).
Bersegera dalam taubat juga diibaratkan seperti mencuci noda pada pakaian. Jika segera dicuci, noda akan hilang dengan mudah. Namun jika dibiarkan lama, noda akan sulit dihapus. Begitulah dosa di hati, semakin cepat bertaubat, semakin mudah dibersihkan.
Para ulama mengatakan bahwa dosa-dosa yang belum ditaubati akan menumpuk, lalu mengeras seperti karat di hati. ﷲ ﷻ berfirman: “Sekali-kali tidak! Bahkan apa yang mereka kerjakan itu telah menutupi hati mereka.” (QS. Al-Muṭaffifīn: 14). Maka taubat dan istighfar adalah cara untuk melembutkan hati yang keras.
Rasulullah ﷺ mengajarkan doa istighfar yang paling agung, yaitu Sayyidul Istighfar. Dalam doa itu seorang hamba mengakui dosanya, memohon ampun, dan menyerahkan dirinya kepada ﷲ ﷻ. Barang siapa membacanya dengan yakin di pagi hari lalu meninggal sebelum sore, maka ia masuk surga, begitu pula sebaliknya. (HR. Bukhari, no. 6306).
Kabar gembira lain, ﷲ ﷻ bukan hanya mengampuni dosa, tetapi bahkan mengganti keburukan dengan kebaikan. Sebagaimana firman-Nya: “Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman, dan mengerjakan amal shalih; maka kejahatan mereka akan diganti ﷲ dengan kebaikan.” (QS. Al-Furqān: 70).
Bayangkan, bukan hanya dihapus, tetapi dosa-dosa besar bisa berubah menjadi pahala dengan taubat yang tulus. Inilah kemurahan ﷲ ﷻ yang tiada tandingan.
Karena itu, jangan pernah menunda taubat, jangan merasa malu untuk kembali, dan jangan berputus asa dari rahmat-Nya. Sebab dosa tidak akan pernah lebih besar dari ampunan ﷲ ﷻ. Firman-Nya: “Katakanlah, wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat ﷲ. Sesungguhnya ﷲ mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Az-Zumar: 53).
Inilah jalan keluar ketika kita tergelincir. Tidak ada manusia yang sempurna, tapi setiap manusia punya kesempatan untuk memperbaiki dirinya. Dengan taubat, kita bisa mengubah gelapnya dosa menjadi cahaya iman.
Semoga ﷲ ﷻ menjadikan kita hamba-hamba yang selalu ingat kepada-Nya, cepat bertaubat, dan senantiasa dibimbing menuju jalan yang lurus hingga wafat dalam keadaan husnul khatimah. Aamiin.
Posting Komentar