Cinta Nabi ﷺ dan Sunnah yang Membawa Berkah
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Dengan rahmat dan taufik-Nya kita masih diberi kesempatan untuk menuntut ilmu dan memperdalam agama ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi kita Muhammad ﷺ, keluarga beliau, para sahabatnya, serta orang-orang yang mengikuti sunnah beliau hingga hari kiamat.
Segala puji hanya milik ﷲ, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad ﷺ, keluarga, para sahabat, dan siapa saja yang mengikuti beliau dengan baik hingga hari kiamat.
Nabi ﷺ adalah manusia pilihan yang diutus ﷲ sebagai rahmat bagi seluruh alam. Sebagaimana firman ﷲ dalam Al-Qur’an, “Dan tidaklah Kami mengutus engkau (Muhammad) melainkan sebagai rahmat bagi seluruh alam” (QS. Al-Anbiya: 107). Ayat ini menunjukkan bahwa risalah Nabi ﷺ bukan hanya untuk satu kaum, tetapi untuk seluruh umat manusia bahkan seluruh makhluk.
Salah satu bentuk kasih sayang Nabi ﷺ adalah ketika beliau menggambarkan dirinya bagaikan seseorang yang berusaha menarik umat agar tidak jatuh ke dalam api neraka. Dalam sebuah hadits, beliau bersabda: “Sesungguhnya perumpamaanku dan perumpamaan kalian adalah seperti seseorang yang menyalakan api, lalu serangga dan hewan-hewan kecil mendatanginya, sedangkan aku berusaha menahan kalian dari neraka, tetapi kalian justru berusaha melepaskan diri dariku.” (HR. Bukhari no. 6483, Muslim no. 2284).
Hadits ini menjelaskan betapa besar kepedulian Nabi ﷺ terhadap keselamatan umatnya. Beliau menginginkan kita terhindar dari siksa neraka dengan cara mengikuti petunjuk yang beliau bawa, yaitu Al-Qur’an dan Sunnah. Sayangnya, banyak manusia yang justru memilih menjauh dari ajaran itu.
Kasih sayang Nabi ﷺ juga tampak dalam hal-hal kecil seperti adab makan. Beliau mengajarkan agar kita menjilati jari atau membersihkan piring setelah makan, karena bisa jadi keberkahan terdapat pada sisa makanan yang tidak kita sadari. Nabi ﷺ bersabda: “Apabila salah seorang di antara kalian makan, maka janganlah ia mengusap tangannya hingga ia menjilatinya atau menjilatkannya.” (HR. Bukhari no. 5456, Muslim no. 2031).
Sebagian orang mungkin meremehkan sunnah ini. Namun, para ulama menjelaskan bahwa di balik adab sederhana tersebut tersimpan hikmah besar. Imam Al-Khattabi berkata bahwa mencela sunnah Nabi ﷺ dengan alasan menjijikkan adalah keliru, sebab makanan yang masuk ke mulut lebih dekat dengan sesuatu yang dianggap kotor, namun tidak ada yang mencelanya. Maka adab ini sebenarnya mengajarkan kebersihan, rasa syukur, dan penghormatan terhadap nikmat ﷲ.
Kasih sayang Nabi ﷺ tidak berhenti di dunia, bahkan akan terus berlanjut hingga hari kiamat. Dalam sebuah hadits, beliau bersabda: “Setiap nabi memiliki doa yang mustajab, maka aku menyimpannya sebagai syafaat bagi umatku pada hari kiamat.” (HR. Bukhari no. 7474, Muslim no. 200). Doa yang Nabi ﷺ simpan ini adalah bentuk cinta beliau kepada kita semua, agar umatnya mendapatkan pertolongan di hari yang penuh ketakutan.
Pada hari kiamat, manusia akan dibangkitkan dalam keadaan tanpa alas kaki, tanpa pakaian, dan belum dikhitan, sebagaimana sabda Nabi ﷺ: “Kalian akan dikumpulkan pada hari kiamat dalam keadaan tidak beralas kaki, telanjang, dan belum disunat.” (HR. Bukhari no. 6527, Muslim no. 2859). Dalam kondisi itu, Nabi ﷺ akan berusaha membela umatnya. Akan tetapi, ada sebagian manusia yang ditolak karena mereka berpaling dari ajaran beliau setelah beliau wafat.
Semua ini menjadi pelajaran penting bahwa kasih sayang Nabi ﷺ hanya dapat kita rasakan sepenuhnya jika kita mengikuti ajaran beliau dengan sepenuh hati. Orang yang paling beruntung dengan kasih sayang beliau adalah para ulama, karena mereka mempelajari, mengamalkan, dan mengajarkan agama. Rasul ﷺ bersabda: “Para ulama adalah pewaris para nabi.” (HR. Abu Dawud no. 3641, Tirmidzi no. 2682, dinyatakan hasan oleh Al-Albani).
Dengan demikian, kasih sayang Nabi ﷺ bukan hanya berupa perasaan, tetapi berupa tuntunan yang membimbing kita kepada ﷲ. Jika kita mengikuti sunnah beliau, baik dalam perkara besar maupun kecil, maka kita akan merasakan keberkahan hidup di dunia dan keselamatan di akhirat.
Wujud cinta kita kepada Nabi ﷺ bukan hanya dengan lisan, tetapi dengan ketaatan. ﷲ berfirman: “Katakanlah: Jika kalian mencintai ﷲ, maka ikutilah aku (Muhammad), niscaya ﷲ mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian. ﷲ Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Ali Imran: 31).
Semoga kita termasuk orang-orang yang mendapat syafaat Nabi ﷺ di hari kiamat, serta dimudahkan untuk mengikuti setiap sunnah beliau dalam kehidupan sehari-hari.
Posting Komentar