Cara ﷲ Memberi Rezeki: Tidak Sesempit yang Kita Bayangkan

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Dengan rahmat dan taufik-Nya kita masih diberi kesempatan untuk menuntut ilmu dan memperdalam agama ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi kita Muhammad ﷺ, keluarga beliau, para sahabatnya, serta orang-orang yang mengikuti sunnah beliau hingga hari kiamat.

Rezeki adalah hal yang selalu menjadi pusat perhatian kita. Kita sering mengira bahwa jika memiliki rezeki yang banyak, semua urusan akan menjadi mudah dan kebahagiaan akan diraih. Namun, kenyataannya, tidak semua orang mendapatkan rezeki yang sama. Ada yang diberi banyak, ada yang diberi sedikit. Banyak orang yang bersedih bahkan stres ketika rezekinya terasa sempit. Untuk itu, kita perlu memahami konsep rezeki menurut ajaran Islam agar tidak salah paham dan bisa bersabar ketika rezeki di dunia disempitkan.

Pertama dan paling utama, kita harus yakin bahwa ﷲ adalah Sang Maha Pemberi Rezeki (Ar-Razzaq). Semua rezeki, tanpa terkecuali, datang dari-Nya. ﷲ berfirman dalam Surah Az-Zariyat ayat 58, "Sesungguhnya ﷲ Dialah Maha Pemberi rezeki Yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh." Kekuatan-Nya dalam memberi rezeki sangatlah dahsyat. Bayangkan, ﷲ memberi makan miliaran manusia, triliunan hewan, dan juga bangsa jin, semuanya dalam waktu yang bersamaan tanpa sedikitpun kekayaan-Nya berkurang.

Kedua, kekayaan ﷲ tidak terbatas. Jika semua makhluk dari zaman Nabi Adam ‘alaihissalam sampai hari kiamat meminta apapun yang mereka inginkan, dan ﷲ mengabulkan semua permintaan itu, hal itu tidak akan mengurangi kekayaan-Nya sedikitpun. Hal ini seperti sebuah jarum yang dicelupkan ke lautan lalu diangkat, air yang menempel hanyalah setetes kecil yang akhirnya kembali ke laut. Itulah perumpamaan betapa luasnya kekayaan ﷲ. Dalam sebuah hadits qudsi, ﷲ berfirman, "Wahai hamba-hamba-Ku, seandainya orang pertama hingga terakhir dari kalian, jin dan manusia, berdiri di satu tanah lalu meminta kepada-Ku, dan Aku beri setiap orang apa yang dia minta, hal itu tidak akan mengurangi apa yang ada pada-Ku, kecuali seperti jarum yang dimasukkan ke lautan lalu diangkat." (HR. Muslim no. 2577).

Lalu, timbul pertanyaan, jika ﷲ Maha Kaya dan mudah memberi rezeki, mengapa tidak semua orang dijadikan kaya? Mengapa ada yang kaya dan ada yang miskin? Ini karena ﷲ memiliki hikmah dan kebijaksanaan yang Maha Dalam. Salah satunya, jika semua manusia kaya, mereka justru akan melampaui batas dan berbuat kerusakan. ﷲ berfirman dalam Surah Asy-Syura ayat 27, "Sekiranya ﷲ melapangkan rezeki kepada hamba-hamba-Nya, niscaya mereka akan berbuat melampaui batas di bumi." Selain itu, perbedaan rezeki adalah bagian dari ujian hidup di dunia. Ada yang diuji dengan kekayaan, ada yang diuji dengan kesempitan.

Ketiga, kita sering membatasi rezeki hanya pada hal-hal yang bersifat materi dan duniawi saja. Padahal, rezeki itu mencakup tiga alam: dunia, alam barzakh (kubur), dan akhirat. Nikmat dunia hanyalah sementara dan akan habis, seperti yang disebutkan dalam Surah Ali 'Imran ayat 185, "Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdaya." Sementara itu, rezeki di akhiratlah yang kekal dan abadi. Oleh karena itu, kita harus lebih fokus untuk mencari dan mengumpulkan bekal untuk kehidupan akhirat kita yang hakiki dan kekal selamanya.

Keempat, rezeki bukan hanya soal materi seperti uang, rumah, atau mobil. Rezeki juga mencakup hal-hal non-materi yang justru seringkali lebih berharga. Kesehatan, ketenangan hati, keamanan, keluarga yang harmonis, dan kemampuan untuk beribadah dengan tenang adalah bentuk-bentuk rezeki non-materi yang sangat besar nilainya. Banyak orang yang kaya secara materi tetapi hidupnya sengsara karena tidak memiliki ketenangan batin. Sebaliknya, banyak orang yang sederhana secara materi tetapi sangat bahagia karena mensyukuri rezeki non-materi yang ﷲ berikan.

Kelima, dalam mencari rezeki, kita harus memastikan bahwa yang kita dapatkan adalah halal, baik dari zatnya maupun cara memperolehnya. Sebuah kaidah penting yang diajarkan Rasulullah ﷺ adalah bahwa jumlah rezeki setiap orang sudah ditentukan. Mencarinya dengan cara haram tidak akan menambah jumlahnya, justru akan membawa dosa dan kerusakan di akhirat. Rasulullah ﷺ bersabda, "Sesungguhnya Jibril membisikkan di dalam jiwaku bahwa seseorang tidak akan meninggal sampai sempurna rezekinya. Maka bertakwalah kepada ﷲ dan perbaguslah dalam mencari rezeki." (HR. Ibnu Hibban, dinilai shahih oleh Al-Albani).

Keenam, banyaknya harta bukanlah tanda bahwa ﷲ mencintai seseorang. ﷲ memberi rezeki yang melimpah kepada siapa yang Dia kehendaki, baik itu orang yang Dia cintai maupun tidak. Banyak orang kafir yang sangat kaya, sementara banyak Nabi dan orang shaleh yang hidup sederhana. ﷲ berfirman dalam Surah Al-Baqarah ayat 212, "Bagi orang-orang kafir itu diberi kenikmatan (dunia), sedangkan mereka menghinakan orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang yang bertakwa itu lebih mulia daripada mereka di hari kiamat."

Ketujuh, kita harus memiliki keyakinan yang kuat bahwa rezeki setiap makhluk sudah dijamin oleh ﷲ. Jangankan manusia, bahkan semua hewan melata pun rezekinya telah dijamin. ﷲ berfirman dalam Surah Hud ayat 6, "Dan tidak ada suatu makhluk melatapun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya." Jika hewan yang akalnya terbatas saja rezekinya dijamin, apalagi kita sebagai manusia yang diperintahkan untuk beribadah kepada-Nya. Rasa khawatir yang berlebihan akan rezeki adalah bentuk prasangka buruk kepada jaminan ﷲ.

Kedelapan, meskipun rezeki sudah dijamin, kita tetap diperintahkan untuk berusaha dan bekerja keras. Takdir bukan berarti pasrah tanpa melakukan apa-apa. Yang ditakdirkan adalah hasil beserta sebab-sebabnya. Untuk kenyang, kita harus makan. Untuk kaya, kita harus bekerja. ﷲ memerintahkan kita untuk bertebaran di muka bumi setelah menunaikan shalat Jumat untuk mencari karunia-Nya (QS. Al-Jumu’ah: 10). Usaha adalah bagian dari menjalankan takdir dan sunnatullah.

Kesembilan, selain usaha duniawi, Islam mengajarkan adanya "pintu-pintu rezeki" spiritual yang dapat mendatangkan keberkahan dan pertolongan ﷲ. Di antaranya adalah menyambung silaturahmi. Rasulullah ﷺ bersabda, "Barangsiapa yang ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, hendaklah ia menyambung silaturahmi." (HR. Bukhari no. 5985 dan Muslim no. 2557). Pintu lainnya adalah dengan menafkahi dan mendukung orang yang sedang menuntut ilmu agama.

Kesepuluh, kunci utama dalam mencari rezeki adalah tawakkal, yaitu bersandar hati sepenuhnya kepada ﷲ setelah melakukan usaha maksimal. Rasulullah ﷺ bersabda, "Seandainya kalian bertawakkal kepada ﷲ dengan sebenar-benarnya tawakkal, niscaya kalian akan diberi rezeki seperti burung-burung yang pergi di pagi hari dalam keadaan lapar dan pulang di sore hari dalam keadaan kenyang." (HR. Tirmidzi no. 2344, dinilai hasan shahih). Burung hanya memiliki kemampuan terbatas, tetapi karena tawakkalnya, rezekinya selalu datang.

Kesimpulannya, rezeki adalah perkara yang telah diatur dengan sangat sempurna oleh ﷲ. Tugas kita adalah memahami konsepnya dengan benar, berusaha dengan sungguh-sungguh melalui jalan yang halal, dan selalu bertawakkal kepada-Nya. Dengan demikian, hati kita akan menjadi tenang, terlepas dari apakah rezeki yang kita terima saat ini banyak atau sedikit, karena kita tahu itu semua adalah bagian dari ujian dan hikmah-Nya yang Maha Bijaksana.

 

Techy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ART
Techy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ART