Pujian dan Ibadah Hanya untuk Allah

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Dengan rahmat dan taufik-Nya kita masih diberi kesempatan untuk menuntut ilmu dan memperdalam agama ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi kita Muhammad ﷺ, keluarga beliau, para sahabatnya, serta orang-orang yang mengikuti sunnah beliau hingga hari kiamat.

اَللّٰه ﷻ berfirman dalam Surah Al-Qasas ayat 68:
وَرَبُّكَ يَخْلُقُ مَا يَشَاۤءُ وَيَخْتَارُ ۗمَا كَانَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ ۗسُبْحٰنَ اللّٰهِ وَتَعٰلٰى عَمَّا يُشْرِكُوْنَ
“Dan Rabbmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan Dia memilih. Sekali-kali tidak ada pilihan bagi mereka. Mahasuci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan.” (QS. Al-Qasas: 68).

Ayat ini menjelaskan bahwa hanya اَللّٰه ﷻ yang berhak mencipta dan menentukan segala sesuatu. Tidak ada satu pun makhluk yang bisa mengatur atau memilih selain dari ketetapan-Nya. Segala sesuatu yang ada di langit dan bumi berjalan sesuai kehendak-Nya yang penuh hikmah.

Pemahaman ini disebut dengan tauhid rububiyah, yaitu keyakinan bahwa اَللّٰه ﷻ adalah satu-satunya pencipta dan pengatur alam semesta. Tidak ada yang mampu menandingi-Nya dalam kekuasaan, ilmu, dan kebijaksanaan. Dialah yang mengatur rezeki, umur, kejadian, dan segala urusan makhluk-Nya.

Manusia dan seluruh makhluk tidak memiliki kendali dalam penciptaan dan ketentuan hidupnya. Segala yang terjadi, baik nikmat maupun ujian, semuanya telah dipilihkan oleh اَللّٰه ﷻ untuk kita. Bahkan sesuatu yang tampak buruk di mata manusia sering kali mengandung kebaikan yang besar di sisi-Nya. Sebagaimana firman-Nya: “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia buruk bagimu. Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 216).

Orang beriman diajarkan untuk meyakini bahwa pilihan اَللّٰه ﷻ selalu yang terbaik. Jika diberi nikmat, ia bersyukur; jika diuji, ia bersabar. Inilah tanda keimanan yang benar. Dalam hadits shahih riwayat Muslim no. 2999, Nabi ﷺ bersabda, “Sungguh menakjubkan urusan orang beriman, semua urusannya adalah baik baginya. Jika mendapat kesenangan, ia bersyukur, dan itu baik baginya. Jika mendapat kesusahan, ia bersabar, dan itu baik baginya.”

Tauhid rububiyah harus diiringi dengan tauhid asma wa sifat, yaitu keyakinan bahwa اَللّٰه ﷻ memiliki nama dan sifat yang sempurna tanpa kekurangan, dan tidak menyerupai makhluk-Nya. Dari keyakinan ini lahirlah tauhid uluhiyah, yaitu mengesakan-Nya dalam ibadah. Karena hanya Dia yang mencipta dan mengatur, maka hanya Dia pula yang berhak disembah.

Tanda kekuasaan-Nya terlihat jelas pada pergantian siang dan malam. اَللّٰه ﷻ menjadikan siang untuk berusaha mencari rezeki, dan malam untuk beristirahat. Jika salah satunya berlangsung terus-menerus, kehidupan akan sulit. Dalam QS. Al-Qasas: 71-72, Dia mengingatkan bahwa tidak ada yang mampu mendatangkan siang atau malam selain-Nya.

Selain mengatur waktu, Dia juga menetapkan hukum alam dan hukum syariat. Semua hukum tersebut adalah milik-Nya. Dalam QS. Yusuf: 40, Dia menegaskan, “Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah.” Manusia tidak berhak mengganti atau menolak hukum yang telah ditetapkan-Nya.

Di hari kiamat nanti, semua hukum akan ditegakkan dengan keadilan yang sempurna. Tidak ada suap, tipu daya, atau pengaruh kekuasaan yang dapat mengubah keputusan-Nya. Setiap manusia akan dimintai pertanggungjawaban atas amalnya.

Pujian sejati hanya milik اَللّٰه ﷻ. Kata “Alhamdu” berarti mengakui kesempurnaan sifat, perbuatan, dan keputusan-Nya. Dalam hadits riwayat Muslim no. 2738, Nabi ﷺ bersabda bahwa tidak ada yang lebih sabar dari اَللّٰه ﷻ terhadap gangguan yang Dia dengar, padahal manusia menyekutukan-Nya, tetapi Dia tetap memberi mereka rezeki.

Segala pujian yang kita ucapkan kepada makhluk sebenarnya kembali kepada-Nya, karena semua kebaikan berasal dari-Nya. Makhluk hanyalah perantara. Menyadari hal ini membuat seorang hamba tidak sombong ketika dipuji, dan tidak putus asa ketika dicela.

Bersyukur kepada اَللّٰه ﷻ adalah kewajiban setiap hamba, baik dalam keadaan lapang maupun sempit. Syukur bukan hanya ucapan, tetapi juga hati yang ridha dan amal yang taat. Orang yang bersyukur akan menjaga ibadah dan menjauhi perbuatan maksiat.

Kesabaran adalah kunci menghadapi takdir yang sulit. Seorang hamba yang yakin bahwa setiap takdir adalah pilihan terbaik dari Rabb-nya akan menjalani hidup dengan tenang dan penuh keikhlasan.

Perenungan terhadap ciptaan-Nya, seperti manusia, hewan, tumbuhan, langit, dan bumi, akan menambah iman. Dalam QS. Ali ‘Imran: 190-191, disebutkan bahwa orang berakal selalu mengingat Allah sambil merenungkan penciptaan langit dan bumi.

Dengan merenung, kita menyadari betapa kecilnya diri ini dibandingkan dengan kebesaran-Nya. Kesadaran ini mendorong kita untuk lebih taat dan berserah diri kepada-Nya.

Seorang mukmin yang memahami ayat ini akan lebih kokoh tauhidnya, lebih sabar dalam ujian, lebih bersyukur dalam nikmat, dan lebih taat dalam ibadah. Ia akan yakin bahwa semua urusan berada dalam genggaman اَللّٰه ﷻ.

Akhirnya, kita harus meyakini bahwa Dialah yang mencipta, memilih, dan menetapkan segala sesuatu. Tidak ada sekutu bagi-Nya, dan hanya kepada-Nya seluruh pujian, doa, dan ibadah kita tujukan, baik di dunia maupun di akhirat. wallahualam bissawab
 

Techy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ART
Techy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ART