Bahaya Lisan dan Mata yang Tidak Jujur
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Dengan rahmat dan taufik-Nya kita masih diberi kesempatan untuk menuntut ilmu dan memperdalam agama ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi kita Muhammad ﷺ, keluarga beliau, para sahabatnya, serta orang-orang yang mengikuti sunnah beliau hingga hari kiamat.
Segala puji bagi ﷲ ﷻ yang telah memberi kita nikmat iman dan ilmu. Tanpa dua nikmat ini, manusia akan tersesat dan tidak mengenal tujuan hidup yang sebenarnya. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad ﷺ, teladan utama dalam menjaga pandangan dan hati.
Ilmu adalah pintu amal. Para ulama terdahulu sangat menghargai ilmu, bahkan rela mengorbankan harta dan kenyamanan demi menuntutnya. Imam Abu Ja’far Al-Cosry pernah menjual pakaiannya hanya untuk membeli sebuah kitab yang ia butuhkan. Kisah ini menunjukkan betapa pentingnya menjaga amanah ilmu agar bisa diamalkan.
Salah satu amanah besar yang harus dijaga adalah mata. Dalam Surah Ghafir ayat 19, ﷲ ﷻ berfirman: “Dia mengetahui (pandangan) mata yang berkhianat dan apa yang disembunyikan oleh hati” (QS. Ghafir: 19). Ayat ini menjelaskan bahwa tidak ada pandangan atau niat tersembunyi yang luput dari pengawasan-Nya.
Mata bisa menjadi sarana kebaikan jika digunakan untuk melihat hal-hal yang bermanfaat, namun juga bisa menjadi alat pengkhianatan. Imam An-Nawawi menjelaskan bahwa “mata yang berkhianat” mencakup pandangan yang tidak jujur dan digunakan untuk tujuan buruk.
Bentuk pengkhianatan mata yang pertama adalah berbohong dengan pandangan. Misalnya, seseorang mengaku melihat sesuatu padahal tidak, atau mengaku tidak melihat padahal ia melihat. Ini adalah kebohongan yang dilakukan melalui indera penglihatan.
Bentuk kedua adalah menggunakan mata untuk meremehkan atau merendahkan orang lain. Ekspresi mata yang sinis atau penuh ejekan bisa melukai hati seseorang, meskipun tidak diucapkan dengan lisan. Nabi Muhammad ﷺ bersabda: “Tidak halal bagi seorang Muslim untuk menakut-nakuti saudaranya” (HR. Abu Dawud no. 5004). Pandangan yang merendahkan termasuk bagian dari perbuatan ini.
Bentuk ketiga adalah memandang hal yang diharamkan, seperti melihat lawan jenis yang bukan mahram dengan penuh syahwat. Rasulullah ﷺ bersabda: “Wahai Ali, janganlah engkau mengikuti pandangan pertama dengan pandangan kedua. Yang pertama bagimu, dan yang kedua bukan” (HR. Tirmidzi no. 2777). Pandangan pertama yang tidak disengaja dimaafkan, namun pandangan kedua yang disengaja menjadi dosa.
Pengkhianatan mata juga bisa terjadi dalam kehidupan sehari-hari, seperti mengintip pesan di ponsel orang lain tanpa izin. Ini termasuk bentuk pelanggaran privasi yang dilarang dalam Islam. Dalam Surah Al-Hujurat ayat 12, ﷲ ﷻ memerintahkan kita untuk menjauhi prasangka buruk dan mencari-cari kesalahan orang lain.
Bahaya dari pengkhianatan mata tidak hanya merugikan orang lain, tapi juga mencemari hati pelakunya. Setiap pandangan haram yang masuk akan menjadi “sampah” di dalam hati, mengotori jiwa, dan menjauhkan dari cahaya iman.
Hati adalah pusat niat dan perasaan. Jika hati sudah terbiasa menerima pengkhianatan mata, maka akan mudah pula menerima bisikan buruk (was-was). Nabi Muhammad ﷺ bersabda: “Ketahuilah, di dalam tubuh ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baiklah seluruh tubuh. Jika ia rusak, maka rusaklah seluruh tubuh. Ketahuilah, ia adalah hati” (HR. Bukhari no. 52, Muslim no. 1599).
Mata adalah amanah dari ﷲ ﷻ. Ia tidak diciptakan untuk menimbulkan dosa, tetapi untuk melihat tanda-tanda kebesaran-Nya dan mencari jalan menuju ridha-Nya. Menjaga mata berarti menjaga diri dari fitnah dunia dan menjaga kehormatan diri di hadapan-Nya.
Jika kita tergelincir, hendaklah segera bertaubat. Dalam Surah An-Nur ayat 30, ﷲ ﷻ memerintahkan kaum mukmin laki-laki untuk menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan. Perintah ini berlaku juga untuk perempuan pada ayat berikutnya, sebagai bentuk penjagaan dari dosa.
Menundukkan pandangan bukan berarti memejamkan mata sepenuhnya, tetapi mengarahkannya hanya pada hal-hal yang bermanfaat dan halal. Ini adalah latihan hati untuk mengendalikan hawa nafsu.
Banyak ulama menekankan bahwa menundukkan pandangan adalah jalan menuju ketenangan jiwa. Sebab, setiap kali kita menghindari pandangan haram, ﷲ ﷻ akan menggantinya dengan manisnya iman di dalam hati.
Di era teknologi saat ini, godaan untuk mengkhianati mata semakin besar. Gambar dan video yang tidak pantas mudah diakses. Karena itu, diperlukan kesadaran penuh dan benteng keimanan untuk menghindarinya.
Menggunakan mata sesuai syariat adalah bentuk syukur kepada ﷲ ﷻ atas nikmat penglihatan. Sebaliknya, menggunakannya untuk maksiat adalah bentuk kufur nikmat yang bisa mendatangkan murka-Nya.
Mari kita ingat, bahwa setiap pandangan, sekecil apapun, akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat. Dalam Surah An-Nahl ayat 93, ﷲ ﷻ menegaskan bahwa kelak kita akan diberi tahu tentang apa yang kita kerjakan di dunia.
Menjaga mata adalah langkah penting dalam menjaga kebersihan hati. Hati yang bersih akan mudah menerima kebaikan dan menjauhi keburukan. Sebaliknya, hati yang kotor akan sulit menerima nasihat dan mudah condong pada maksiat.
Semoga ﷲ ﷻ memberi kita kekuatan untuk menjaga pandangan, membersihkan hati, dan menggunakannya hanya untuk hal-hal yang diridhai-Nya.
Posting Komentar