Amanah dalam Bekerja: Jalan Menuju Rezeki yang Diberkahi

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Dengan rahmat dan taufik-Nya kita masih diberi kesempatan untuk menuntut ilmu dan memperdalam agama ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi kita Muhammad ﷺ, keluarga beliau, para sahabatnya, serta orang-orang yang mengikuti sunnah beliau hingga hari kiamat.

Bekerja bukan sekadar mencari uang untuk memenuhi kebutuhan hidup, tetapi juga bagian dari ibadah yang mulia di sisi Allah ﷻ. Ketika seorang muslim menunaikan pekerjaannya dengan niat yang benar, ia sedang melangkah di jalan yang mendatangkan pahala, keberkahan, dan ridha-Nya. Rasulullah ﷺ bersabda: “Satu dinar yang engkau infakkan di jalan Allah, satu dinar untuk memerdekakan budak, satu dinar untuk orang miskin, dan satu dinar yang engkau nafkahkan kepada keluargamu, yang paling besar pahalanya adalah yang engkau nafkahkan kepada keluargamu.” (HR. Muslim no. 995).

Islam memandang bekerja sebagai bentuk tanggung jawab sekaligus ihsan kepada keluarga. Menafkahi istri dan anak-anak adalah kewajiban yang tidak bisa diabaikan. Rasulullah ﷺ bersabda: “Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik kepada keluarganya, dan aku adalah yang paling baik kepada keluargaku.” (HR. Tirmidzi no. 3895). Ini menunjukkan bahwa mencari nafkah halal adalah bentuk kebaikan nyata kepada keluarga.

Seorang muslim harus menunaikan amanah dalam setiap pekerjaan yang diembannya. Allah ﷻ berfirman: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya…” (QS. An-Nisa: 58). Pekerjaan adalah titipan, dan setiap titipan akan dimintai pertanggungjawaban kelak di hari kiamat. Rasulullah ﷺ bersabda: “Tunaikanlah amanah kepada orang yang memberi amanah kepadamu, dan janganlah kamu mengkhianati orang yang mengkhianatimu.” (HR. Abu Dawud no. 3534).

Salah satu penyakit yang merusak amanah dalam pekerjaan adalah sifat malas. Islam melarang keras seorang kepala keluarga menelantarkan kewajibannya menafkahi keluarga. Rasulullah ﷺ bersabda: “Cukuplah seseorang dianggap berdosa jika ia menelantarkan orang yang menjadi tanggungannya.” (HR. Abu Dawud no. 1692). Malas bekerja sama saja dengan menutup pintu rezeki yang halal.

Pekerjaan yang halal dan penuh berkah jauh lebih utama daripada harta yang melimpah namun haram. Rasulullah ﷺ bersabda: “Sebaik-baik pekerjaan adalah pekerjaan seorang laki-laki dengan tangannya sendiri, dan setiap jual beli yang mabrur.” (HR. Ahmad no. 16628). Ibnu Taimiyah rahimahullah juga menegaskan, “Rezeki yang halal walau sedikit lebih baik dan lebih berkah daripada rezeki yang haram meskipun banyak.”

Bekerja juga menjadi perisai dari perbuatan meminta-minta tanpa kebutuhan. Rasulullah ﷺ mengingatkan: “Barang siapa meminta-minta tanpa kebutuhan, maka di hari kiamat ia akan datang dalam keadaan wajahnya tanpa daging.” (HR. Bukhari no. 1475). Ini menunjukkan kehormatan seorang muslim terjaga dengan bekerja.

Islam juga menekankan pentingnya kompetensi dan kejujuran dalam bekerja. Dalam kisah Nabi Musa ‘alaihissalam, salah seorang putri Nabi Syu’aib berkata: “Wahai ayahku, ambillah dia sebagai pekerja. Sesungguhnya orang yang paling baik engkau ambil sebagai pekerja ialah yang kuat lagi amanah.” (QS. Al-Qasas: 26). Kuat berarti memiliki kemampuan dan keterampilan, sementara amanah berarti dapat dipercaya.

Kedua sifat ini, al-qawi (kompeten) dan al-amin (amanah), harus dimiliki oleh setiap pekerja, baik guru, pegawai negeri, karyawan swasta, maupun pekerja lapangan. Kompeten tanpa amanah akan melahirkan penyalahgunaan wewenang, sementara amanah tanpa kompetensi akan menyebabkan pekerjaan terbengkalai.

Islam juga melarang keras menerima hadiah dalam rangka menjalankan tugas, karena itu adalah bentuk suap terselubung. Rasulullah ﷺ bersabda: “Hadiah bagi para pegawai adalah ghulul (pengkhianatan).” (HR. Ahmad no. 23408). Ini berarti setiap hadiah yang diberikan karena jabatan adalah haram, meskipun dibungkus dengan kata-kata manis.

Pegawai yang amanah akan menjaga waktu kerja, tidak bermalas-malasan, dan tidak mengambil hak yang bukan miliknya. Ia sadar bahwa setiap jam kerja adalah bagian dari akad antara dirinya dan pemberi kerja, yang harus ia tunaikan dengan penuh tanggung jawab. Melalaikan waktu sama saja dengan mengkhianati amanah.

Selain itu, pegawai yang amanah akan selalu mengedepankan kejujuran, baik dalam laporan, data, maupun penggunaan fasilitas kerja. Rasulullah ﷺ bersabda: “Pedagang yang jujur lagi amanah akan bersama para nabi, orang-orang yang benar, dan para syuhada.” (HR. Tirmidzi no. 1209). Prinsip ini berlaku bagi semua profesi.

Bekerja dengan amanah tidak hanya berdampak pada rezeki yang halal, tetapi juga membuka pintu keberkahan. Keberkahan rezeki bukan semata jumlahnya, melainkan manfaat dan ketenangan hati yang Allah berikan. Harta yang halal dan berkah akan menjadi penolong di akhirat, sementara harta haram menjadi beban hisab yang berat.

Setiap pegawai juga harus ingat bahwa pekerjaannya adalah sarana untuk mengabdi kepada Allah ﷻ, bukan sekadar mencari penghasilan. Niat yang benar akan menjadikan setiap keringat yang menetes bernilai ibadah. Bahkan, langkah menuju tempat kerja pun bisa bernilai pahala jika diniatkan untuk mencari rezeki halal.

Jika semua muslim bekerja dengan amanah, maka masyarakat akan terbebas dari banyak masalah: korupsi, penipuan, dan penyelewengan. Amanah adalah pondasi kepercayaan yang membuat hubungan kerja menjadi kokoh dan produktif. Sebaliknya, ketika amanah hilang, Rasulullah ﷺ mengabarkan bahwa itu adalah tanda dekatnya hari kiamat (HR. Bukhari no. 59).

Menjadi pegawai yang amanah adalah bagian dari ketakwaan. Allah ﷻ berfirman: “Barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberinya jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.” (QS. At-Talaq: 2-3). Inilah janji Allah, bahwa amanah dalam bekerja akan membawa rezeki yang berkah dan tak terduga.

Oleh karena itu, marilah kita jadikan amanah sebagai karakter utama dalam pekerjaan kita. Jadilah pegawai yang kuat dalam kompetensi dan jujur dalam integritas. Dengan itu, kita tidak hanya mendapatkan rezeki yang halal, tetapi juga keberkahan yang mengantarkan pada kebahagiaan dunia dan keselamatan akhirat.

 

Techy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ART
Techy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ART