Sedekah Jariyah: Amalan yang Pahalanya Mengalir Tiada Henti
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Dengan rahmat dan taufik-Nya kita masih diberi kesempatan untuk menuntut ilmu dan memperdalam agama ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi kita Muhammad ﷺ, keluarga beliau, para sahabatnya, serta orang-orang yang mengikuti sunnah beliau hingga hari kiamat.
Segala puji bagi ﷲ yang telah menjadikan sedekah jariyah sebagai salah satu amalan mulia yang pahalanya terus mengalir meskipun pelakunya telah meninggal dunia. Rasulullah ﷺ bersabda, “Apabila manusia meninggal, terputuslah amalannya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang mendoakannya.” (HR. Muslim). Hadits ini menunjukkan betapa besar keutamaan sedekah jariyah dalam Islam.
Sedekah jariyah, atau yang dikenal juga dengan wakaf, adalah memberikan sebagian harta untuk kepentingan umat Islam yang manfaatnya terus dirasakan. ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an, “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna) sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai.” (QS. Ali Imran: 92). Ayat ini mengajarkan bahwa kebajikan sejati tercapai ketika seseorang rela mengorbankan harta yang dicintainya di jalan ﷻ.
Salah satu contoh nyata sedekah jariyah adalah pembangunan Masjid Nabawi di Madinah. Ketika Rasulullah ﷺ hijrah ke Madinah, beliau membeli sebidang tanah dari Bani Najjar untuk dijadikan masjid. Namun, pemilik tanah tersebut justru mewakafkannya tanpa meminta imbalan duniawi. Mereka berkata, “Demi ﷲ, kami tidak meminta harga melainkan pahala dari ﷻ.” Kisah ini menunjukkan betapa mulianya niat mereka dalam berwakaf.
Hingga kini, Masjid Nabawi tetap berdiri megah dan menjadi tempat ibadah jutaan umat Islam. Setiap kali seseorang shalat di masjid tersebut, pahala terus mengalir kepada Bani Najjar yang mewakafkan tanahnya. Inilah hakikat sedekah jariyah—pahala yang tidak pernah terputus meskipun sang pemberi telah tiada. Rasulullah ﷺ bersabda, “Siapa yang membangun masjid karena ﷻ, maka ﷻ akan membangunkan baginya rumah di surga.” (HR. Bukhari & Muslim).
Selain masjid, sumur juga menjadi salah satu bentuk sedekah jariyah yang sangat bermanfaat. Ketika Madinah dilanda kekeringan, Rasulullah ﷺ memotivasi umat Islam untuk membeli sumur dan mewakafkannya. Utsman bin Affan radhiallahu ‘anhu kemudian membeli sumur Raumah dan mewakafkannya untuk kaum muslimin. Hingga kini, sumur tersebut tetap menjadi sumber kebaikan bagi Utsman.
Abu Thalhah radhiallahu ‘anhu juga memberikan contoh luar biasa dalam berwakaf. Ia mewakafkan kebun kurma kesayangannya setelah turun ayat, “Kalian tidak akan mencapai kebajikan hingga menginfakkan apa yang kalian cintai.” (QS. Ali Imran: 92). Ini menunjukkan bahwa sedekah jariyah harus berasal dari harta yang benar-benar dicintai.
Umar bin Khattab radhiallahu ‘anhu pun tak kalah mulia. Beliau mewakafkan tanah di Khaibar setelah Rasulullah ﷺ menyarankannya. Hasil kebun itu digunakan untuk membantu fakir miskin dan ibnu sabil. Inilah teladan dari para sahabat yang memahami bahwa harta sejati adalah yang disedekahkan di jalan ﷻ.
Selain wakaf harta, ilmu yang bermanfaat juga termasuk sedekah jariyah. Rasulullah ﷺ bersabda, “Siapa yang mengajarkan ilmu, maka dia akan mendapatkan pahala seperti orang yang mengamalkannya.” (HR. Ibnu Majah). Ini menunjukkan bahwa menyebarkan ilmu agama adalah investasi akhirat yang tak ternilai.
Kisah Zainal Abidin, cicit Rasulullah ﷺ, juga patut diteladani. Sepanjang hidupnya, ia diam-diam memberi makan fakir miskin di Madinah setiap malam. Tak seorang pun tahu bahwa dialah dermawan sejati itu hingga ia wafat. Ini mengajarkan kita tentang keikhlasan dalam bersedekah.
Sedekah jariyah tidak harus dalam bentuk besar. Memberikan Al-Qur’an, membangun sekolah Islam, atau bahkan menanam pohon yang buahnya dinikmati orang lain termasuk dalam kategori ini. Rasulullah ﷺ bersabda, “Jika seorang Muslim menanam pohon, maka apa yang dimakan darinya adalah sedekah baginya.” (HR. Muslim).
Keutamaan sedekah jariyah juga tercermin dalam kisah seorang wanita yang mewakafkan sumur untuk jamaah haji. Rasulullah ﷺ bersabda, “Sumur ini adalah sedekah jariyah untuk keluarga si fulan.” (HR. Bukhari). Ini menunjukkan bahwa wakaf bisa menjadi warisan pahala bagi keluarga.
Dalam Al-Qur’an, ﷻ berfirman, “Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan ﷻ seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji.” (QS. Al-Baqarah: 261). Ini adalah gambaran betapa besar pahala sedekah jariyah.
Para ulama menjelaskan bahwa wakaf harus diberikan dengan niat ikhlas hanya untuk ﷻ. Rasulullah ﷺ memperingatkan, “Sesungguhnya amal itu tergantung niatnya.” (HR. Bukhari & Muslim). Tanpa keikhlasan, sedekah jariyah bisa sia-sia.
Selain itu, sedekah jariyah juga harus dikelola dengan baik agar manfaatnya terus lestari. Misalnya, wakaf tanah harus dijaga agar tidak disalahgunakan. Rasulullah ﷺ bersabda, “Janganlah seseorang menyia-nyiakan hartanya.” (HR. Bukhari).
Sedekah jariyah juga menjadi bukti keimanan seseorang. ﷻ berfirman, “Dan apa saja yang kamu infakkan, maka ﷻ akan menggantinya.” (QS. Saba’: 39). Ini adalah janji ﷻ bahwa harta yang diwakafkan tidak akan berkurang, justru diganti dengan yang lebih baik.
Banyak orang mengira bahwa sedekah jariyah hanya untuk orang kaya. Padahal, Rasulullah ﷺ bersabda, “Janganlah meremehkan kebaikan sekecil apa pun.” (HR. Muslim). Memberikan tempat minum umum atau buku agama juga termasuk sedekah jariyah.
Di era modern, sedekah jariyah bisa dilakukan dengan banyak cara, seperti membangun rumah sakit Islam, mendanai pendidikan anak yatim, atau membuat perpustakaan gratis. Semua ini adalah bentuk ketaatan yang pahalanya terus mengalir.
Kisah-kisah para sahabat dan salafus saleh menjadi bukti nyata keajaiban sedekah jariyah. Mereka rela mengorbankan harta terbaiknya demi meraih ridha ﷻ. Inilah teladan yang harus kita ikuti.
Marilah kita berlomba-lomba dalam kebaikan dengan memperbanyak sedekah jariyah. Rasulullah ﷺ bersabda, “Bersegeralah beramal sebelum datangnya fitnah seperti malam yang gelap gulita.” (HR. Muslim).
Semoga ﷻ menjadikan kita termasuk orang-orang yang gemar bersedekah jariyah. Aamiin.
Referensi:
Al-Qur’an Al-Karim
Shahih Bukhari
Shahih Muslim
Sunan Ibnu Majah
Riyadhus Shalihin – Imam Nawawi
Posting Komentar