Hakikat Beriman kepada Nabi dan Rasul
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Dengan rahmat dan taufik-Nya kita masih diberi kesempatan untuk menuntut ilmu dan memperdalam agama ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi kita Muhammad ﷺ, keluarga beliau, para sahabatnya, serta orang-orang yang mengikuti sunnah beliau hingga hari kiamat.
Beriman kepada rasul-rasul ﷻ merupakan salah satu rukun iman yang wajib diyakini oleh setiap muslim. Hal ini tertuang dalam firman ﷻ, "Dan Rasul telah beriman kepada Al-Qur'an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada ﷻ, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya." (QS. Al-Baqarah: 285). Keyakinan ini menjadi fondasi keislaman seseorang, karena tanpa mengimani para rasul, keimanannya tidaklah sempurna.
Beriman kepada rasul-rasul ﷻ merupakan salah satu rukun iman yang wajib diyakini oleh setiap muslim. Hal ini tertuang dalam firman ﷻ, "Dan Rasul telah beriman kepada Al-Qur'an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada ﷻ, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya." (QS. Al-Baqarah: 285). Keyakinan ini menjadi fondasi keislaman seseorang, karena tanpa mengimani para rasul, keimanannya tidaklah sempurna.
Nabi dan rasul memiliki perbedaan meskipun keduanya menerima wahyu dari ﷻ. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an, "Dan Kami tidak mengutus sebelummu (Muhammad) seorang rasul pun dan tidak pula seorang nabi..." (QS. Al-Hajj: 52). Rasul diutus dengan membawa syariat baru, sedangkan nabi bertugas melanjutkan syariat sebelumnya. Namun, semua mereka adalah manusia pilihan yang diberi tugas untuk menyeru manusia kepada jalan kebenaran.
Rasul pertama yang diutus ﷻ adalah Nabi Nuh ﷺ, sementara penutup para nabi dan rasul adalah Nabi Muhammad ﷺ. Hal ini didasarkan pada hadits riwayat Bukhari, "Aku diutus kepada seluruh manusia, sedangkan para nabi sebelumnya hanya diutus kepada kaumnya saja." (HR. Bukhari). Kewajiban beriman kepada semua rasul tanpa membeda-bedakan mereka adalah prinsip dasar dalam Islam.
Salah satu bentuk keimanan kepada rasul adalah meyakini bahwa mereka hanya manusia biasa yang tidak memiliki sifat ketuhanan. Mereka makan, minum, sakit, dan meninggal seperti manusia lainnya. ﷻ berfirman, "Katakanlah (Muhammad), 'Aku hanyalah seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku bahwa Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa.'" (QS. Al-Kahfi: 110). Keyakinan ini penting untuk menghindari pengkultusan berlebihan terhadap para nabi.
Mengimani risalah Nabi Muhammad ﷺ sebagai penutup kenabian juga merupakan kewajiban. Barangsiapa mengklaim adanya nabi setelah beliau, maka dia telah kafir. Rasulullah ﷺ bersabda, "Tidak ada nabi setelahku." (HR. Bukhari dan Muslim). Ini menegaskan bahwa syariat Islam adalah final dan berlaku hingga akhir zaman.
Selain itu, beriman kepada rasul juga berarti mengikuti ajaran yang mereka bawa. ﷻ berfirman, "Dan tidaklah Kami mengutus seorang rasul melainkan untuk ditaati dengan izin ﷻ." (QS. An-Nisa’: 64). Ketaatan ini tidak hanya sekadar pengakuan lisan, tetapi harus dibuktikan dengan amal perbuatan sesuai tuntunan syariat.
Meyakini kebenaran semua kitab yang diturunkan kepada para rasul juga termasuk bagian dari iman kepada mereka. Meskipun kitab-kitab sebelum Al-Qur'an telah mengalami perubahan, seorang muslim tetap wajib mengimani keberadaannya sebagai wahyu ﷻ. Al-Qur'an menyatakan, "Katakanlah, 'Kami beriman kepada ﷻ dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Yakub, dan anak cucunya, serta apa yang diberikan kepada Musa dan Isa, juga kepada nabi-nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka.'" (QS. Al-Baqarah: 136).
Mengimani rasul juga berarti membenarkan semua berita yang mereka sampaikan, baik tentang umat terdahulu maupun peristiwa di akhirat. Misalnya, kisah Nabi Musa ﷺ dengan Fir’aun atau mukjizat Nabi Isa ﷺ yang menghidupkan orang mati. Semua ini harus diyakini kebenarannya karena berasal dari wahyu ﷻ.
Keimanan kepada rasul juga mengharuskan seorang muslim untuk mencintai mereka. Rasulullah ﷺ bersabda, "Tidak sempurna iman salah seorang dari kalian hingga aku lebih dicintainya daripada anaknya, orang tuanya, dan seluruh manusia." (HR. Bukhari dan Muslim). Ini menunjukkan bahwa kecintaan kepada para rasul harus melebihi kecintaan kepada siapapun.
Selain itu, beriman kepada rasul berarti meyakini bahwa mereka adalah manusia terbaik pilihan ﷻ. Al-Qur'an menyebutkan, "Dan Kami lebihkan sebagian nabi-nabi itu atas sebagian yang lain." (QS. Al-Isra’: 55). Namun, keutamaan ini tidak mengurangi kewajiban untuk mengimani semua rasul tanpa terkecuali.
Mengimani rasul juga berarti meyakini bahwa mereka telah menyampaikan seluruh risalah dengan sempurna. Tidak ada satupun ajaran yang disembunyikan atau diubah. ﷻ berfirman, "Wahai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Jika tidak engkau lakukan, berarti engkau tidak menyampaikan risalah-Nya." (QS. Al-Ma’idah: 67).
Salah satu bukti keimanan kepada rasul adalah mengamalkan sunnah-sunnah mereka. Rasulullah ﷺ bersabda, "Barangsiapa menghidupkan sunnahku, maka sungguh dia mencintaiku, dan barangsiapa mencintaiku, maka dia akan bersamaku di surga." (HR. Tirmidzi). Ini menunjukkan bahwa mengikuti ajaran rasul adalah bukti nyata keimanan.
Mengimani rasul juga berarti meyakini bahwa mereka adalah teladan terbaik dalam segala aspek kehidupan. ﷻ berfirman, "Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu." (QS. Al-Ahzab: 21). Meneladani akhlak dan perjuangan mereka adalah kewajiban setiap muslim.
Keimanan kepada rasul juga mengharuskan seorang muslim untuk membela kehormatan mereka. Mencela atau merendahkan para nabi adalah kekafiran yang nyata. ﷻ berfirman, "Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti ﷻ dan Rasul-Nya, ﷻ akan melaknat mereka di dunia dan akhirat." (QS. Al-Ahzab: 57).
Selain itu, beriman kepada rasul berarti meyakini bahwa mereka diutus untuk seluruh manusia, bukan hanya untuk kaum tertentu. Nabi Muhammad ﷺ bersabda, "Dahulu para nabi diutus hanya untuk kaumnya saja, sedangkan aku diutus untuk seluruh manusia." (HR. Bukhari). Ini menegaskan universalitas risalah Islam.
Mengimani rasul juga berarti meyakini bahwa mereka memiliki mukjizat sebagai bukti kenabian. Misalnya, mukjizat Nabi Musa ﷺ membelah laut atau mukjizat Nabi Muhammad ﷺ membelah bulan. Semua ini adalah tanda kebenaran risalah mereka.
Keimanan kepada rasul juga mengharuskan seorang muslim untuk tidak berlebihan dalam memuji mereka. Rasulullah ﷺ bersabda, "Janganlah kalian berlebihan dalam memujiku sebagaimana orang-orang Nasrani berlebihan dalam memuji Isa putra Maryam. Aku hanyalah hamba, maka katakanlah, 'Hamba ﷻ dan Rasul-Nya.'" (HR. Bukhari).
Terakhir, beriman kepada rasul berarti meyakini bahwa mereka adalah penyeru kepada tauhid. ﷻ berfirman, "Dan sungguh, Kami telah mengutus pada setiap umat seorang rasul (untuk menyerukan), 'Sembahlah ﷻ dan jauhilah thaghut.'" (QS. An-Nahl: 36). Ini adalah inti dari semua risalah yang dibawa para nabi.
Dengan demikian, iman kepada rasul bukan sekadar pengakuan, tetapi juga pembenaran hati, pengucapan lisan, dan pengamalan melalui ketaatan. Semoga ﷻ menjadikan kita termasuk orang-orang yang istiqamah dalam mengimani dan meneladani para rasul-Nya.
Referensi:
Al-Qur’an Al-Karim
Shahih Al-Bukhari
Shahih Muslim
Sunan At-Tirmidzi
Kitab Akidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah karya Syekh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin
Posting Komentar