Pengagungan Terhadap Ilmu Bagian 1
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Dengan rahmat dan taufik-Nya kita masih diberi kesempatan untuk menuntut ilmu dan memperdalam agama ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi kita Muhammad ﷺ, keluarga beliau, para sahabatnya, serta orang-orang yang mengikuti sunnah beliau hingga hari kiamat.
Pengagungan Ilmu dalam Islam
Menuntut ilmu merupakan kewajiban setiap Muslim, terutama ilmu syar'i yang menjadi pedoman hidup. Mengikuti petunjuk Rasulullāh ﷺ dalam menuntut ilmu adalah nikmat terbesar yang harus disyukuri. Selain bernilai ibadah, berselawat kepada Nabi ﷺ juga mendatangkan pahala bagi yang mengamalkannya.
Selawat dan salam juga ditujukan kepada keluarga Nabi ﷺ, para sahabat, tabi'in, serta orang-orang yang berpegang teguh pada ajaran beliau hingga akhir zaman. Majelis ilmu yang diadakan di masjid-masjid menjadi sarana penting untuk mempelajari pesan-pesan ulama berdasarkan Al-Qur'an dan Sunnah.
Salah satu pembahasan penting dalam kajian ilmu adalah konsep pengagungan ilmu. Ilmu harus ditempatkan di hati, dan semakin seseorang mengagungkannya, semakin kuat ilmu itu melekat dalam dirinya. Sebaliknya, meremehkan ilmu akan menyebabkan ilmu itu hilang dari hati seseorang.
Ilmu akan memuliakan seseorang jika ia memuliakan ilmu tersebut. Banyak ulama terdahulu yang berasal dari keluarga sederhana, tetapi karena kesungguhan mereka dalam menuntut ilmu, Allāh mengangkat derajat mereka. Hal ini sesuai dengan firman Allāh bahwa Dia akan meninggikan orang-orang yang berilmu.
Ilmu yang dimaksud dalam Al-Qur'an dan Hadits adalah ilmu agama, bukan sekadar ilmu duniawi. Dalam kitab-kitab ulama, disebutkan beberapa hal yang menunjukkan pengagungan seseorang terhadap ilmu. Poin pertama adalah membersihkan hati, karena hati yang bersih adalah tempat yang layak untuk menampung ilmu.
Membersihkan hati meliputi dua hal utama: menjauhkan diri dari syubhat (hal yang meragukan) dan syahwat (hawa nafsu). Hati yang kotor akan menghalangi seseorang dari menerima ilmu dengan baik, sebagaimana gelas yang kotor akan mengotori air yang jernih. Seorang penuntut ilmu harus senantiasa introspeksi diri dan memohon perlindungan Allāh dari penyakit hati seperti hasad (dengki).
Keikhlasan dalam menuntut ilmu menjadi landasan diterimanya amal. Amal tergantung pada niat, dan setiap orang akan mendapatkan balasan sesuai dengan niatnya. Tanpa keikhlasan, ilmu yang dipelajari tidak akan membawa keberkahan.
Keikhlasan dapat diwujudkan melalui empat landasan: (1) mengangkat kebodohan dari diri sendiri, (2) mengajarkan ilmu kepada orang lain, (3) menghidupkan dan menjaga ilmu agar tidak punah, serta (4) mengamalkan ilmu tersebut. Menghidupkan ilmu berarti menjadikannya bagian dari kehidupan sehari-hari, bukan sekadar teori.
Keikhlasan adalah perkara yang sulit, bahkan para ulama besar pun merasa perlu terus memperbaiki niatnya. Disebutkan bahwa seorang ulama pernah mengakui bahwa terkadang ada hal-hal selain Allāh yang memotivasi dirinya dalam menuntut ilmu. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya memurnikan niat.
Jika keikhlasan hilang, ilmu yang telah dipelajari bisa lenyap, dan kebaikan-kebaikan yang seharusnya didapatkan akan pergi. Oleh karena itu, seorang penuntut ilmu harus senantiasa memohon pertolongan Allāh agar dijaga keikhlasannya. Satu hadits saja bisa mengandung banyak niat, sehingga penting untuk selalu memperbarui niat dalam menuntut ilmu.
Ilmu adalah anugerah Allāh yang harus diagungkan, dijaga, dan diamalkan dengan penuh keikhlasan. Dengan membersihkan hati dan memurnikan niat, seorang Muslim dapat meraih keberkahan ilmu dan menjadi bagian dari generasi yang menjaga warisan agama.
Sumber Referensi:
Kitab Khulasah Takzimul Ilmi (Ringkasan Pengagungan Ilmu)
Al-Qur'an dan Hadits Nabi ﷺ
Kajian ilmiah di Masjid Nabawi dan majelis-majelis ilmu lainnya
Semoga Allāh senantiasa membimbing kita dalam menuntut ilmu dan mengamalkannya dengan benar. Wallāhu a'lam bish-shawāb.
Posting Komentar