Mensyukuri Nikmat Taufik: Kunci Mensucikan Jiwa


Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Dengan rahmat dan taufik-Nya kita masih diberi kesempatan untuk menuntut ilmu dan memperdalam agama ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi kita Muhammad ﷺ, keluarga beliau, para sahabatnya, serta orang-orang yang mengikuti sunnah beliau hingga hari kiamat.

Setiap muslim yang merenungi hakikat kehidupan akan menyadari bahwa segala kemampuan untuk beribadah adalah anugerah ﷲ semata. Nikmat taufik untuk taat tidak diberikan kepada semua orang, melainkan hanya kepada hamba-hamba pilihan-Nya. Rasulullah ﷺ bersabda, "Barangsiapa diberi kebaikan oleh ﷲ, maka itu semata karunia-Nya" (HR. Bukhari). Ini menunjukkan bahwa taufik merupakan modal terbesar dalam mensucikan jiwa.

Tanpa taufik dari ﷲ, manusia tidak akan mampu melangkah menuju ketaatan sekecil apapun. Dalam sebuah hadits qudsi, ﷲ berfirman, "Wahai hamba-Ku, kalian semua sesat kecuali yang Aku beri petunjuk" (HR. Muslim). Ini adalah pengakuan bahwa hidayah sepenuhnya berada di tangan-Nya. Oleh karena itu, seorang hamba harus senantiasa memohon taufik dan istiqamah dalam setiap keadaan.

Mensyukuri nikmat taufik merupakan kewajiban yang sering dilalaikan. ﷲ berfirman, "Ingatlah kepada-Ku, niscaya Aku ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah ingkar" (QS. Al-Baqarah: 152). Syukur bukan hanya di lisan, tapi dengan memanfaatkan taufik tersebut untuk memperbanyak amal shalih. Misalnya, menggunakan waktu luang untuk tilawah atau membantu sesama.

Salah satu bentuk syukur adalah mengakui bahwa semua kebaikan berasal dari ﷲ. Rasulullah ﷺ mengajarkan doa, "Segala puji bagi ﷲ yang dengan nikmat-Nya sempurna segala kebaikan" (HR. Ibnu Majah). Pengakuan ini akan mencegah seseorang dari merasa 'hebat' karena amalnya. Sebab, tanpa pertolongan ﷲ, manusia tidak akan mampu berbuat apa-apa.

Ketaatan yang lahir dari taufik ﷲ akan terasa ringan di hati. ﷲ berfirman, "Dan sungguh, Kami akan memberimu jalan yang mudah" (QS. Al-A'la: 8). Ini terbukti ketika seseorang merasakan lezatnya ibadah, seperti shalat malam atau sedekah. Sebaliknya, mereka yang tidak diberi taufik akan menganggap ketaatan sebagai beban berat.

Namun, taufik tidak berarti manusia pasif tanpa usaha. ﷲ memerintahkan, "Berlomba-lombalah dalam kebaikan" (QS. Al-Baqarah: 148). Rasulullah ﷺ juga bersabda, "Orang yang kuat lebih dicintai ﷲ daripada yang lemah" (HR. Muslim). Maka, bersungguh-sungguh dalam ketaatan adalah bukti syukur atas taufik yang diberikan.

Salah satu indikator taufik adalah istiqamah. ﷲ memuji hamba-Nya yang berkata, "Ya Rabbku, berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu" (QS. An-Naml: 19). Istiqamah lebih utama daripada seribu karamah, karena ia menunjukkan ketulusan dan konsistensi dalam beribadah.

Taufik juga terlihat ketika seseorang mudah meninggalkan maksiat. Rasulullah ﷺ bersabda, "Jika ﷲ menghendaki kebaikan pada seorang hamba, Dia akan memahamkannya dalam agama" (HR. Bukhari). Pemahaman agama yang benar akan membentengi diri dari syubhat dan syahwat.

Namun, manusia tidak boleh sombong dengan taufiknya. ﷲ berfirman, "Janganlah kalian merasa suci. Dialah yang paling tahu siapa yang bertakwa" (QS. An-Najm: 32). Umar bin Khattab ra. sering berdoa, "Ya ﷲ, jadikan amalku shalih dan jadikan ia ikhlas karena-Mu."

Di sisi lain, taufik harus dijaga dengan mujahadah. ﷲ berfirman, "Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh di jalan Kami, pasti Kami tunjukkan jalan Kami" (QS. Al-Ankabut: 69). Mujahadah mencakup tiga hal: menuntut ilmu, melawan hawa nafsu, dan sabar dalam dakwah.

Taufik juga dimanifestasikan dengan cinta kepada sunnah. Rasulullah ﷺ bersabda, "Aku tinggalkan dua perkara, kalian tidak akan sesat selama berpegang padanya: Kitabullah dan sunnahku" (HR. Malik). Mencintai sunnah adalah bukti kecintaan kepada ﷲ dan Rasul-Nya.

Salah satu ujian taufik adalah godaan dunia. ﷲ memperingatkan, "Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang menipu" (QS. Al-Hadid: 20). Banyak orang yang awalnya taat, tapi tergoda oleh harta atau jabatan. Maka, Rasulullah ﷺ mengajarkan doa, "Ya ﷲ, jangan Engkau jadikan dunia sebagai tujuan terbesarku" (HR. Tirmidzi).

Taufik juga terlihat dalam keteguhan menghadapi fitnah. Rasulullah ﷺ bersabda, "Akan datang masa di mana berpegang pada agama seperti memegang bara api" (HR. Tirmidzi). Di era informasi sekarang, hanya mereka yang diberi taufik yang bisa membedakan kebenaran dan kebatilan.

Mereka yang diberi taufik akan ringan dalam amar ma'ruf nahi munkar. ﷲ berfirman, "Kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia" (QS. Ali Imran: 110). Namun, dakwah harus disertai hikmah, seperti firman-Nya, "Serulah ke jalan Rabbmu dengan hikmah" (QS. An-Nahl: 125).

Taufik juga mendorong untuk selalu introspeksi diri. ﷲ berfirman, "Wahai orang-orang beriman, bertakwalah kepada ﷲ dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuat untuk esok" (QS. Al-Hasyr: 18). Umar bin Khattab ra. berkata, "Hisablah dirimu sebelum dihisab."

Di akhir zaman, taufik akan semakin langka. Rasulullah ﷺ bersabda, "Islam akan datang asing seperti awalnya" (HR. Muslim). Maka, seorang muslim harus ekstra menjaga taufik dengan doa dan pergaulan yang baik.

Mereka yang diberi taufik akan mencintai akhirat. ﷲ berfirman, "Dan sesungguhnya akhirat itu lebih baik bagimu daripada dunia" (QS. Adh-Dhuha: 4). Kecintaan ini akan meredam ketergantungan pada dunia.

Taufik juga tampak dalam kesabaran menghadapi ujian. Rasulullah ﷺ bersabda, "Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin. Semua urusannya baik baginya, dan itu tidak dimiliki kecuali oleh mukmin" (HR. Muslim). Ini karena ia yakin semua berasal dari ﷲ.

Terakhir, taufik harus diiringi dengan tawakkal. ﷲ berfirman, "Dan barangsiapa bertawakkal kepada ﷲ, niscaya Dia akan mencukupinya" (QS. Ath-Thalaq: 3). Rasulullah ﷺ mengajarkan, "Seandainya kalian bertawakkal kepada ﷲ dengan sebenar-benarnya, niscaya Dia akan memberi rezeki seperti memberi burung yang pergi pagi dalam keadaan lapar dan pulang sore dalam keadaan kenyang" (HR. Tirmidzi).

Referensi:
Al-Qur'an dan Terjemahan Kemenag
Shahih Bukhari dan Muslim
Riyadhus Shalihin – Imam Nawawi
Tafsir Ibnu Katsir
Kitab Tazkiyatun Nufus – Syaikh Ibrahim Ar-Ruhaili
Techy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ART
Techy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ART