Mengikuti Sunnah Rasulullah ﷺ: Bukti Cinta Sejati kepada Allah
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Dengan rahmat dan taufik-Nya kita masih diberi kesempatan untuk menuntut ilmu dan memperdalam agama ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi kita Muhammad ﷺ, keluarga beliau, para sahabatnya, serta orang-orang yang mengikuti sunnah beliau hingga hari kiamat.
Islam adalah agama yang sempurna dan telah disempurnakan oleh Allah ﷻ melalui Nabi Muhammad ﷺ sebagai utusan terakhir. Ajarannya mencakup seluruh aspek kehidupan manusia, dari ibadah hingga muamalah, dari adab pribadi hingga hubungan sosial. Dalam menjalani kehidupan sebagai seorang Muslim, salah satu prinsip utama yang tidak boleh diabaikan adalah ittiba’, yakni mengikuti sunnah Rasulullah ﷺ.
Islam adalah agama yang sempurna dan telah disempurnakan oleh Allah ﷻ melalui Nabi Muhammad ﷺ sebagai utusan terakhir. Ajarannya mencakup seluruh aspek kehidupan manusia, dari ibadah hingga muamalah, dari adab pribadi hingga hubungan sosial. Dalam menjalani kehidupan sebagai seorang Muslim, salah satu prinsip utama yang tidak boleh diabaikan adalah ittiba’, yakni mengikuti sunnah Rasulullah ﷺ.
Rasulullah ﷺ diutus tidak hanya membawa wahyu, tetapi juga menjadi teladan bagi umat manusia dalam mengamalkan ajaran tersebut. Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an, “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzab: 21). Ayat ini menjelaskan bahwa mengikuti Nabi ﷺ adalah jalan terbaik menuju kebaikan dan keselamatan.
Mengikuti sunnah bukanlah sekadar formalitas atau rutinitas ritual. Ia adalah bentuk ketaatan yang lahir dari iman dan cinta kepada Rasulullah ﷺ. Barangsiapa mencintai beliau dengan sungguh-sungguh, niscaya ia akan berusaha meneladani setiap sisi kehidupannya. Sebaliknya, mencintai Rasulullah tanpa mengikuti ajarannya adalah bentuk cinta yang palsu. Allah ﷻ menegaskan dalam firman-Nya, “Katakanlah (Muhammad), jika kalian mencintai Allah maka ikutilah aku, niscaya Allah mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian.” (QS. Ali Imran: 31).
Cinta kepada Nabi ﷺ harus diwujudkan dalam pengamalan sunnah dalam kehidupan sehari-hari. Dari hal-hal kecil seperti membaca doa ketika keluar rumah, makan, tidur, hingga hal-hal besar seperti kejujuran, amanah, akhlak mulia, dan ibadah. Semua ini adalah bagian dari sunnah yang diajarkan dan dipraktikkan oleh beliau ﷺ.
Rasulullah ﷺ bersabda, “Barangsiapa menghidupkan sunnahku yang telah mati di tengah-tengah umatku, maka ia mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengamalkannya tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun.” (HR. Tirmidzi, hasan). Hadits ini menunjukkan betapa besar nilai mengikuti sunnah, bahkan dalam perkara yang tampaknya kecil sekalipun.
Akhlak Rasulullah ﷺ adalah sunnah yang paling nyata. Beliau dikenal sebagai pribadi yang paling jujur, amanah, pemaaf, rendah hati, dan santun. Allah ﷻ memuji beliau dalam Al-Qur’an, “Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (QS. Al-Qalam: 4). Maka, meneladani akhlak beliau adalah inti dari ittiba’ yang hakiki.
Kehidupan Rasulullah ﷺ juga menjadi contoh dalam bermasyarakat. Beliau tidak hanya mengajarkan tauhid dan ibadah, tetapi juga menjadi sosok teladan dalam interaksi sosial, kepemimpinan, rumah tangga, hingga menghadapi ujian hidup. Dalam setiap situasi, beliau menampilkan kesabaran, hikmah, dan keadilan yang luar biasa.
Sayangnya, sebagian umat Islam hari ini menganggap bahwa mengikuti sunnah hanyalah perkara-perkara besar seperti shalat malam atau puasa sunnah. Padahal, mencintai sunnah mencakup semua dimensi kehidupan, termasuk adab-adab kecil yang tampaknya sepele. Seperti mengucapkan doa saat berpakaian, mengucap salam, atau duduk ketika minum.
Rasulullah ﷺ pernah bersabda, “Aku tinggalkan kepada kalian dua perkara, yang jika kalian berpegang teguh kepada keduanya, maka kalian tidak akan tersesat selama-lamanya, yaitu Kitabullah dan Sunnahku.” (HR. Malik dalam Al-Muwatha’, shahih). Ini menegaskan bahwa keselamatan hidup umat Islam terletak pada berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan Sunnah.
Bukan hanya keselamatan pribadi, sunnah juga menjadi penyelamat bagi masyarakat. Ketika sunnah dihidupkan dalam rumah tangga, lingkungan, dan pemerintahan, maka keberkahan akan turun. Sunnah adalah cahaya yang menerangi kegelapan zaman, menyatukan umat, dan menjaga kita dari penyimpangan.
Berpaling dari sunnah berarti menjauh dari petunjuk. Sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ, “Barangsiapa yang membenci sunnahku, maka ia bukan termasuk golonganku.” (HR. Bukhari dan Muslim). Hadits ini memberikan peringatan keras bahwa sikap menolak sunnah adalah tanda berpaling dari jalan Rasulullah ﷺ.
Cinta sejati kepada Rasulullah ﷺ tidak cukup hanya dengan pujian lisan atau peringatan maulid semata. Imam Syafi’i rahimahullah pernah menyampaikan syair: “Engkau bermaksiat kepada Allah tetapi engkau menyatakan cinta kepada-Nya. Ini adalah hal yang mustahil. Kalau cintamu sungguh-sungguh, tentu engkau akan taat kepada-Nya. Karena sesungguhnya orang yang mencintai akan mengikuti yang dicintainya.”
Sunnah juga membentuk karakter dan memperbaiki jiwa. Dengan mengikuti sunnah, kita belajar bersabar, rendah hati, berbuat baik, dan menghargai sesama. Ini bukan hanya membentuk pribadi yang saleh, tetapi juga masyarakat yang adil dan harmonis.
Di akhir zaman yang penuh fitnah ini, berpegang pada sunnah adalah ujian tersendiri. Namun, pahala bagi orang yang istiqamah dalam mengamalkan sunnah sangat besar. Rasulullah ﷺ bersabda, “Barangsiapa yang berpegang pada sunnahku saat kerusakan merajalela di tengah umatku, maka ia mendapat pahala seperti pahala seratus orang syahid.” (HR. Baihaqi, sanadnya hasan).
Mengikuti sunnah juga menunjukkan penghormatan kita terhadap risalah Rasulullah ﷺ. Ia adalah bentuk pembelaan terhadap ajaran beliau di tengah banyaknya penolakan terhadap nilai-nilai Islam. Meninggikan sunnah berarti meninggikan agama Islam itu sendiri.
Oleh karena itu, hendaknya kita menjadikan sunnah sebagai panduan utama dalam seluruh urusan hidup. Tidak hanya dalam ibadah, tetapi juga dalam berinteraksi, berkeluarga, bekerja, dan bermasyarakat. Sunnah adalah jalan lurus yang akan mengantarkan kita menuju ridha dan cinta Allah ﷻ.
Marilah kita memohon kepada Allah ﷻ agar diberikan taufik untuk bisa menjalankan sunnah Rasulullah ﷺ secara utuh dan istiqamah. Semoga setiap amal kita dihiasi dengan keteladanan dari beliau dan menjadi sebab keselamatan kita di dunia dan akhirat.
Kajian Rutin
Oleh: Ustadz Ahmad Fauzi, S.H
Disiarkan Langsung di Masjid Umar Bin Khattab, Jalan Lingkar Tamiang, Simpang Empat, Pasaman Barat. Provinsi Sumatera Barat.
Jum'at, 24 Mei 2025/26 Zulkaidah 1446 H
Referensi
Referensi
Al-Qur’an al-Karim
Shahih al-Bukhari, no. 5063
Shahih Muslim, no. 1401
Sunan At-Tirmidzi, no. 2677
Al-Muwatha’ Malik, no. 1594
Tafsir Ibnu Katsir
Syu’ab al-Iman karya Al-Baihaqi, no. 789
Kitab "Ar-Rahiq al-Makhtum" – Safiurrahman al-Mubarakfuri
Majmu’ Fatawa Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
Siyar A’lam an-Nubala’ – Imam adz-Dzahabi
Posting Komentar