Mengambil Hikmah dan Pelajaran Berharga dari Seekor Lalat
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Dengan rahmat dan taufik-Nya kita masih diberi kesempatan untuk menuntut ilmu dan memperdalam agama ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi kita Muhammad ﷺ, keluarga beliau, para sahabatnya, serta orang-orang yang mengikuti sunnah beliau hingga hari kiamat.
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia seringkali menilai sesuatu berdasarkan ukuran, rupa, atau manfaat yang tampak secara kasat mata. Sesuatu yang kecil dan dianggap menjijikkan, seperti lalat, sering kali tidak mendapat tempat dalam pandangan manusia. Namun, Islam sebagai agama yang penuh hikmah dan pelajaran mengajarkan kepada umatnya untuk melihat lebih dalam, bahkan terhadap makhluk sekecil lalat. Al-Qur’an dan sunnah telah memberikan arahan yang jelas bahwa setiap ciptaan Allah SWT memiliki tujuan, makna, dan pelajaran yang bisa direnungkan oleh orang-orang yang beriman.
Allah SWT tidak menyebut suatu makhluk dalam Al-Qur’an kecuali terdapat hikmah besar di baliknya. Dalam surat Al-Hajj ayat 73, Allah menjadikan lalat sebagai perumpamaan untuk menunjukkan kelemahan manusia dan makhluk-makhluk lain yang disembah selain-Nya. Firman Allah:
"Wahai manusia! Telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah. Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalat pun, walaupun mereka bersatu untuk menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, mereka tidak dapat merebutnya kembali darinya. Lemah yang meminta dan yang diminta." (QS. Al-Hajj: 73)
Ayat ini menyadarkan manusia bahwa sehebat apapun ilmu dan teknologi yang mereka miliki, tetap tidak akan mampu menciptakan seekor lalat, apalagi menghidupkannya. Ini adalah pengakuan atas keagungan dan keunikan ciptaan Allah yang tak tertandingi. Maka dari itu, manusia tidak layak menyombongkan diri, terlebih menyekutukan Allah dengan makhluk-Nya.
Dari sisi ilmiah, lalat merupakan makhluk yang kompleks. Ia memiliki ribuan lensa mata yang mampu mendeteksi gerakan dalam hitungan milidetik. Kemampuannya untuk terbang, mencium bau, dan menemukan makanan secara cepat menunjukkan bahwa ia adalah hasil ciptaan yang sangat teliti dan sempurna. Dalam dunia kedokteran, lalat dan larvanya digunakan untuk terapi membersihkan luka, yang menunjukkan bahwa tidak ada ciptaan Allah yang sia-sia.
Islam juga mengajarkan pentingnya tafakkur atau merenung terhadap ciptaan Allah. Dalam QS. Ali Imran: 191, Allah menyebutkan sifat orang-orang berakal:
"(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): 'Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.'" (QS. Ali Imran: 191)
Merenungi ciptaan Allah, termasuk lalat, merupakan jalan menuju ketakwaan. Ia menjadi pengingat bahwa kehidupan ini penuh dengan tanda-tanda keesaan dan kebesaran Allah.
Terdapat pula hadits yang menunjukkan bahwa seekor lalat bisa menjadi sebab seseorang masuk surga atau neraka. Dalam sebuah riwayat Imam Ahmad disebutkan bahwa seseorang masuk neraka karena menyembelih seekor lalat untuk dipersembahkan kepada berhala, sedangkan seorang lainnya masuk surga karena menolak melakukan kesyirikan meski hanya dengan seekor lalat. Hadits ini menegaskan betapa pentingnya keikhlasan dan menjauhi syirik, bahkan dalam hal yang tampaknya kecil dan sepele.
Pelajaran akhlak dari lalat adalah bahwa seorang muslim tidak boleh meremehkan apapun yang diciptakan Allah. Dalam sebuah hadits shahih, Rasulullah ﷺ bersabda: “Janganlah engkau meremehkan kebaikan sekecil apapun, walau sekadar menampakkan wajah ceria kepada saudaramu.” (HR. Bukhari). Maka bagaimana kita bisa meremehkan ciptaan Allah yang disebut langsung dalam Al-Qur’an?
Lalat juga menunjukkan bahwa sesuatu yang tampak menjijikkan bisa menyimpan manfaat besar. Ia membantu proses dekomposisi alam, mendukung ekosistem, dan bahkan bermanfaat secara medis. Dari sini kita diajarkan untuk tidak menilai sesuatu hanya dari bentuk luar, tetapi dari sisi hikmah dan manfaat yang terkandung di dalamnya.
Kehadiran lalat di sekitar kita sejatinya bukan gangguan, tetapi pengingat bahwa tidak ada satu pun makhluk yang Allah ciptakan tanpa maksud dan tujuan. Setiap makhluk adalah ayat kauniyah (tanda-tanda kebesaran Allah di alam semesta) yang seharusnya mengarahkan hati manusia kepada ketundukan dan kekaguman kepada Rabbnya.
Dengan memahami hakikat ciptaan Allah dari hal-hal kecil sekalipun, seorang mukmin akan memiliki pandangan hidup yang lebih dalam, tidak sombong, dan senantiasa melihat segala sesuatu dengan kacamata iman. Hal ini juga akan melahirkan rasa tawadhu, yaitu kerendahan hati yang merupakan ciri orang-orang beriman.
Penutup dari renungan ini adalah bahwa setiap makhluk, bahkan seekor lalat, membawa pesan tauhid, akhlak, dan pelajaran bagi orang-orang yang berakal. Mari kita jadikan kehadiran lalat bukan sebagai pengganggu, tetapi sebagai pengingat bahwa Allah Mahabesar, Maha Mengetahui, dan Maha Bijaksana dalam menciptakan segala sesuatu. Karena pada akhirnya, semakin seseorang mengerti hikmah dari ciptaan Allah, semakin kuat pula rasa takut dan cintanya kepada-Nya.
Kajian Rutin
Oleh: Ustadz Abu Uwais Abrar, S.Ag
Disiarkan Langsung di Masjid Umar Bin Khattab, Jalan Lingkar Tamiang, Simpang Empat, Pasaman Barat. Provinsi Sumatera Barat.
Ahad, 26 Mei 2025/28 Dzulkaidah 1446
Referensi
Referensi
Al-Qur’an Surat Al-Hajj: 73
Al-Qur’an Surat Al-Baqarah: 26
Al-Qur’an Surat Al-Ghashiyah: 17
Al-Qur’an Surat Ali Imran: 191
Hadits riwayat Ahmad (tentang orang yang masuk surga dan neraka karena lalat)
Sahih al-Bukhari (larangan meremehkan kebaikan)
Video kajian “Mengambil Hikmah dan Pelajaran dari Lalat” – Kanal Naajiyatv Official
https://www.youtube.com/watch?v=mX3YQroKK5A
Posting Komentar