Adab dan Sunnah Mengucapkan Salam dalam Islam

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Dengan rahmat dan taufik-Nya kita masih diberi kesempatan untuk menuntut ilmu dan memperdalam agama ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi kita Muhammad ﷺ, keluarga beliau, para sahabatnya, serta orang-orang yang mengikuti sunnah beliau hingga hari kiamat.

Dengan memuji dan bersyukur kepada Allah ﷻ, serta bershalawat kepada Nabi ﷺ, pembahasan tentang adab dan sunnah mengucapkan salam menjadi sangat penting dalam kehidupan seorang muslim. Meski tampaknya sederhana, ucapan salam mengandung makna yang dalam dan merupakan bagian dari syariat yang diajarkan oleh Nabi ﷺ kepada umatnya. Tidak jarang kita merasa bahwa pembahasan ini telah kita pahami, namun mengulang dan memperbaharui ilmu yang sudah ada merupakan bagian dari menuntut ilmu yang dianjurkan dalam Islam.

Menebarkan salam merupakan perintah dari Rasulullah ﷺ yang bukan hanya sekadar tradisi, tetapi bagian dari ajaran yang berkaitan erat dengan keimanan. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Rasulullah ﷺ bersabda, “Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, kalian tidak akan masuk surga hingga kalian beriman, dan kalian tidak akan benar-benar beriman hingga kalian saling mencintai. Maukah kalian aku tunjukkan sesuatu yang jika kalian lakukan, kalian akan saling mencintai? Tebarkanlah salam di antara kalian.” (HR. Muslim no. 54).

Hadis ini menunjukkan betapa besar peran ucapan salam dalam mempererat cinta dan kasih sayang antar sesama muslim. Dengan saling mengucapkan salam, kita memperkuat ikatan ukhuwah dan menunjukkan tanda keimanan yang tulus. Nabi ﷺ sendiri memberikan contoh betapa pentingnya hal ini, dan melalui sunnah beliau, kita diajarkan untuk terus menebarkan salam dalam berbagai kesempatan.

Salah satu adab penting yang sering dilupakan adalah bahwa salam tidak hanya diberikan kepada orang yang kita kenal. Sebagaimana diriwayatkan dalam hadits dari Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhuma, ada seorang laki-laki yang bertanya kepada Rasulullah ﷺ, “Islam apakah yang paling baik?” Rasul ﷺ menjawab, “Engkau memberi makan dan mengucapkan salam kepada orang yang engkau kenal dan orang yang tidak engkau kenal.” (HR. Bukhari no. 28, Muslim no. 39).

Selain itu, Rasulullah ﷺ juga mengajarkan bahwa salam yang diucapkan hendaknya lengkap sesuai tuntunan syariat. Hadis dari Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash radhiyallahu ‘anhuma menyebutkan bahwa ada seseorang datang kepada Nabi ﷺ dan mengucapkan: “Assalamu’alaikum.” Maka beliau menjawab dan bersabda: “Sepuluh pahala baginya.” Kemudian datang yang lain mengucapkan: “Assalamu’alaikum warahmatullah.” Nabi ﷺ bersabda: “Dua puluh pahala baginya.” Lalu datang lagi yang lain mengucapkan: “Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.” Maka Nabi ﷺ bersabda: “Tiga puluh pahala baginya.” (HR. Abu Dawud no. 5195, Tirmidzi no. 2689; dinyatakan hasan shahih oleh Tirmidzi).

Di antara kesalahan yang sering terjadi dalam masyarakat adalah mengganti lafadz salam dengan ucapan lain yang tidak sesuai dengan sunnah, seperti “selamat pagi” atau “salam sejahtera”. Nabi ﷺ dengan tegas melarang mengubah lafaz salam. Dalam riwayat disebutkan bahwa apabila ada yang menyimpang dalam lafaz salam, Rasulullah ﷺ segera menegur dan meluruskan.

Selain itu, Rasulullah ﷺ mengajarkan bahwa ketika masuk atau keluar dari suatu majelis, kita hendaknya mengucapkan salam. Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Tirmidzi, Nabi ﷺ bersabda: “Apabila salah seorang dari kalian datang ke sebuah majelis, maka hendaklah ia mengucapkan salam. Dan apabila ia hendak pergi, hendaklah ia mengucapkan salam. Tidaklah salam yang pertama lebih berhak daripada yang terakhir.” (HR. Abu Dawud no. 5208, Tirmidzi no. 2706).

Menarik pula untuk dicermati bahwa apabila dua orang muslim terpisah oleh penghalang, seperti tembok atau pohon, lalu bertemu kembali, mereka dianjurkan untuk kembali mengucapkan salam. Ini sesuai dengan apa yang diriwayatkan dalam hadis dan diamalkan oleh para ulama salaf.

Adab lainnya adalah mengucapkan salam saat memasuki rumah, termasuk rumah sendiri. Allah ﷻ berfirman, “Apabila kamu memasuki rumah-rumah, maka ucapkanlah salam kepada (penghuni)nya, sebagai salam dari Allah, yang diberkati lagi baik.” (QS. An-Nur: 61). Bahkan jika tidak ada seorang pun di dalam rumah, salam tetap dianjurkan karena itu bagian dari doa keberkahan.

Nabi ﷺ juga mengajarkan untuk mengucapkan salam kepada anak-anak. Dalam hadis riwayat Imam Muslim, disebutkan bahwa Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu apabila lewat di hadapan anak-anak, beliau mengucapkan salam kepada mereka. Ini menunjukkan pentingnya membangun kasih sayang dan adab sejak dini.

Etika lain yang diajarkan Nabi ﷺ adalah bahwa orang yang berkendara hendaknya mengucapkan salam kepada yang berjalan, yang berjalan mengucapkan salam kepada yang duduk, yang lebih muda kepada yang lebih tua, dan kelompok yang lebih kecil kepada kelompok yang lebih besar, sebagaimana disebutkan dalam hadis riwayat Bukhari dan Muslim.

Selain lafadz salam, berjabat tangan (musafahah) ketika mengucapkan salam juga merupakan sunnah yang diajarkan, sebagaimana dalam hadis: “Tidaklah dua orang muslim yang bertemu, kemudian berjabat tangan, kecuali akan diampuni dosa-dosa mereka sebelum mereka berpisah.” (HR. Abu Dawud no. 5212).

Dalam situasi di mana jarak jauh menghalangi ucapan salam secara langsung, diperbolehkan memberikan isyarat tangan sambil mengucapkan salam, seperti dalam hadis yang diriwayatkan oleh Tirmidzi, bahwa para sahabat terkadang melambaikan tangan dari kejauhan sambil mengucapkan salam.

Penting pula untuk mengajarkan adab mengucapkan salam kepada saudara kita yang belum mengetahuinya. Nabi ﷺ pun memerintahkan para sahabat untuk mengajarkan adab ini, bahkan kepada pembantu atau budak agar mereka dapat mengamalkannya dengan benar.

Terakhir, meskipun dalam satu kelompok terdapat orang non-muslim, seorang muslim tetap diperbolehkan mengucapkan salam kepada sesama muslim di kelompok tersebut. Ini merupakan bentuk penghormatan dan pemuliaan syariat kepada umat Islam.

Menebarkan salam merupakan amalan yang dapat memperkuat ukhuwah Islamiyah dan menjadi tanda keimanan yang nyata. Dengan membiasakan mengucapkan salam sesuai sunnah, kita tidak hanya mendapatkan pahala, tetapi juga menjadi pribadi yang membawa keberkahan dan cinta kasih di tengah masyarakat. Semoga Allah ﷻ memudahkan kita semua untuk mengamalkan sunnah ini dalam kehidupan sehari-hari.

Sumber referensi:

Shahih Muslim no. 54

Shahih Bukhari no. 28, Muslim no. 39

Abu Dawud no. 5195, Tirmidzi no. 2689

Abu Dawud no. 5208, Tirmidzi no. 2706

QS. An-Nur: 61

Abu Dawud no. 5212
Techy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ART
Techy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ART