Ketika Penghuni Neraka Saling Menyalahkan
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Dengan rahmat dan taufik-Nya kita masih diberi kesempatan untuk menuntut ilmu dan memperdalam agama ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi kita Muhammad ﷺ, keluarga beliau, para sahabatnya, serta orang-orang yang mengikuti sunnah beliau hingga hari kiamat.
Di dalam Al-Qur’an, neraka digambarkan bukan hanya sebagai tempat penuh api dan panas yang membakar tubuh, tetapi juga tempat siksaan batin yang sangat pedih. Salah satu bentuk siksaan batin tersebut adalah pertengkaran dan saling menyalahkan di antara para penghuninya. Hal ini menjadi pengingat keras agar manusia berhati-hati dalam hidup di dunia, karena penyesalan di akhirat tidak akan bermanfaat sedikit pun.
Penghuni neraka akan merasakan betapa pedihnya memiliki tetangga yang buruk. Mereka tidak saling menenangkan, justru saling menuduh dan melaknat. Firman ﷲ: “Dan tatkala orang-orang yang diikuti berlepas diri dari orang-orang yang mengikuti mereka, dan mereka melihat azab, serta terputuslah segala hubungan di antara mereka.” (QS Al-Baqarah: 166). Inilah gambaran pertama, yaitu saling berlepas diri.
Mereka yang dulu dipimpin akan menyesali pilihannya, sedangkan para pemimpin berlepas tangan. Dalam QS Az-Zukhruf ayat 67 disebutkan: “Teman-teman akrab pada hari itu sebagian menjadi musuh bagi sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang bertakwa.” Pertemanan tanpa iman berubah menjadi permusuhan abadi di neraka.
Bentuk pertengkaran kedua adalah saling melaknat. Ketika satu kelompok masuk neraka, mereka melaknat kelompok sebelumnya. Allah berfirman: “Setiap kali suatu umat masuk (ke dalam neraka), mereka melaknat umat yang lain, hingga apabila mereka semua telah masuk, berkatalah umat yang kemudian kepada umat yang terdahulu: ‘Ya Rabb kami, mereka inilah yang menyesatkan kami, maka timpakanlah kepada mereka azab berlipat ganda dari neraka.’ ﷲ berfirman: ‘Bagi masing-masing ada azab yang berlipat ganda, tetapi kamu tidak mengetahui’.” (QS Al-A’raf: 38).
Pertengkaran ketiga terjadi antara manusia dengan Iblis. Dalam QS Ibrahim ayat 22, diceritakan bagaimana setan berlepas diri: “Dan berkatalah setan tatkala perkara telah diselesaikan: ‘Sesungguhnya ﷲ telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan aku pun telah menjanjikan kepadamu tetapi aku menyalahinya. Sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan aku sekadar menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku. Maka janganlah kamu mencela aku tetapi celalah dirimu sendiri’.” Penyesalan ini datang terlambat, karena Iblis tidak mau menanggung dosa manusia.
Model keempat adalah saling menuduh di hadapan ﷲ. Dalam QS Saba’ ayat 31-33, para pengikut menyalahkan pemimpin mereka karena dianggap menyesatkan, sementara para pemimpin menolak tuduhan itu. Semua perdebatan hanya menambah pedihnya siksaan, karena ﷲ tidak akan mengurangi azab akibat saling tuduh tersebut.
Pertengkaran kelima adalah adu argumentasi tentang kebersamaan mereka dalam berbuat dosa. QS Ash-Saffat ayat 25-33 menceritakan dialog penghuni neraka: “Mengapa kamu tidak saling tolong menolong?” Mereka tidak dapat saling menolong. Bahkan pada hari itu mereka berserah diri. Sebagian dari mereka menghadap sebagian yang lain saling berbantah-bantahan.” Inilah gambaran bagaimana rasa sakit batin menghancurkan mereka.
Kemudian dalam QS Ghafir ayat 47-50, diceritakan permintaan penghuni neraka kepada malaikat penjaga neraka agar diringankan azab sehari saja. Namun para malaikat menolak dengan tegas, karena mereka dahulu telah mendustakan para rasul. Penolakan ini menambah siksaan batin yang tidak ada akhirnya.
Di tempat lain, QS Shad ayat 55-64 menggambarkan bentuk hinaan. Para penghuni neraka yang lebih dahulu masuk mengejek pendatang baru, lalu mereka saling mencaci dan mendoakan keburukan. Tidak ada sedikit pun kebaikan dalam ucapan, yang ada hanyalah celaan yang menyayat hati.
Semua gambaran ini menunjukkan bahwa neraka bukan sekadar api dan panas, melainkan juga rasa sesal, malu, dan pertengkaran yang tiada henti. Inilah yang disebut oleh para ulama sebagai “Yaumul-Hasrah”, yaitu hari penyesalan yang tidak berguna lagi.
Rasulullah ﷺ bersabda: “Penghuni neraka yang paling ringan azabnya adalah seseorang yang diletakkan pada kedua telapak kakinya bara api sehingga otaknya mendidih karenanya.” (HR. Bukhari no. 6562, Muslim no. 213). Jika azab yang paling ringan saja seperti itu, bagaimana dengan mereka yang terus bertengkar dan saling melaknat?
Bagi orang beriman, ayat-ayat ini bukan hanya kisah untuk ditakuti, tapi peringatan agar berhati-hati memilih teman, pemimpin, dan jalan hidup. Karena kawan yang buruk akan menjadi musuh di akhirat, sementara kawan yang bertakwa akan menjadi penolong di hari kiamat.
Pelajaran besar dari kisah pertengkaran penghuni neraka adalah bahwa semua manusia akan mempertanggungjawabkan pilihannya sendiri. Tidak ada gunanya menyalahkan orang lain atau setan. Maka yang terpenting adalah berpegang teguh pada Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah ﷺ selama hidup di dunia.
Semoga ﷲ menjaga kita dari api neraka dan mengaruniakan kita teman-teman yang saleh yang kelak menjadi penolong di akhirat. Wallahu a’lam.
.png)
Posting Komentar