Harta yang Sia-sia dan Bahaya Sifat Kikir dalam Islam
![]() |
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Dengan rahmat dan taufik-Nya kita masih diberi kesempatan untuk menuntut ilmu dan memperdalam agama ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi kita Muhammad ﷺ, keluarga beliau, para sahabatnya, serta orang-orang yang mengikuti sunnah beliau hingga hari kiamat.
Setiap manusia diberi kecintaan terhadap harta, sebagaimana firman ﷻ dalam Surah Ali Imran ayat 14: "Dijadikan indah bagi manusia kecintaan kepada apa yang diingini, seperti wanita, anak-anak, harta yang banyak dari emas dan perak." Namun, kecintaan berlebihan pada harta bisa menjadi penyakit kikir yang merusak hati.
Rasulullah ﷺ bersabda dalam hadits riwayat Bukhari: "Tidak ada seorang pun yang mati kecuali menyesal." Para sahabat bertanya, "Apa yang disesalkannya, wahai Rasulullah?" Beliau menjawab, "Jika dia orang baik, dia menyesal tidak menambah amal. Jika dia pelaku dosa, dia menyesal tidak bertaubat." Penyesalan terbesar adalah ketika harta tidak digunakan untuk akhirat.
Harta yang hakiki bukan yang kita kumpulkan, melainkan yang kita infakkan. ﷻ berfirman dalam Surah Al-Baqarah ayat 261: "Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan ﷻ seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji." Ini janji ﷻ yang tidak pernah diingkari.
Sifat kikir adalah musuh iman. Rasulullah ﷺ memperingatkan dalam hadits riwayat Muslim: "Jauhilah sifat kikir, karena ia membinasakan umat sebelum kalian dengan mendorong mereka menumpahkan darah dan menghalalkan yang haram." Kikir tidak hanya merugikan diri sendiri, tetapi juga merusak tatanan sosial.
Salah satu obat kikir adalah merenungi kisah Utsman bin Affan. Saat kaum muslimin kesulitan, ia menyumbang 300 unta, 50 kuda, dan 10.000 dinar untuk jihad. Rasulullah ﷺ bersabda: "Tidak ada yang merugikan Utsman setelah hari ini." Artinya, pahalanya terus mengalir hingga kini.
Ibunda Aisyah juga mengajarkan kedermawanan. Suatu hari, ia menerima 180 dirham dan langsung membagikannya hingga habis. Ketika ditanya mengapa tidak menyisakan untuk makan, ia menjawab, "Jika aku ingat, tentu akan aku sisakan." Ini menunjukkan prioritasnya pada akhirat.
ﷻ berfirman dalam Surah Al-Hadid ayat 10: "Mengapa kamu tidak menafkahkan hartamu di jalan ﷻ, padahal milik ﷻ-lah warisan langit dan bumi?" Harta kita hanyalah titipan. Yang kekal adalah apa yang kita sedekahkan, bukan yang kita simpan.
Rasulullah ﷺ mengingatkan dalam hadits riwayat Tirmidzi: "Setiap pagi, dua malaikat turun. Satu berdoa, ‘Ya ﷻ, berilah ganti bagi orang yang berinfak.’ Yang lain berdoa, ‘Ya ﷻ, binasakanlah orang yang kikir.’" Doa malaikat adalah bukti betapa mulianya sedekah.
Orang yang dermawan akan dimudahkan jalannya. ﷻ berfirman dalam Surah Al-Lail ayat 5-7: "Adapun orang yang memberi dan bertakwa, maka Kami akan mudahkan baginya jalan menuju kemudahan." Sebaliknya, orang kikir akan menghadapi kesulitan meski hartanya banyak.
Kisah Abdullah bin Amr juga inspiratif. Ia membeli rumah seharga 700 dirham, tapi mengembalikannya setelah tahu pemiliknya menangis kehilangan tempat tinggal. Ia berkata, "Rumah dan uangnya untuk kalian." Inilah akhlak salafus saleh yang mengutamakan orang lain.
Sedekah tidak mengurangi harta. Rasulullah ﷺ bersabda dalam hadits riwayat Muslim: "Sedekah tidak akan mengurangi harta." Justru ﷻ akan menggantinya dengan berlipat ganda, baik di dunia maupun akhirat.
ﷻ berfirman dalam Surah Saba’ ayat 39: "Apa yang kamu infakkan, ﷻ akan menggantinya." Keyakinan ini harus tertanam kuat. Tidak ada cerita orang miskin karena sedekah, justru banyak yang dilapangkan rezekinya karena kedermawanan.
Rasulullah ﷺ juga mengajarkan doa agar terhindar dari kikir: "Ya ﷻ, aku berlindung dari sifat lemah, malas, pengecut, kikir, dan terlilit hutang." Doa ini adalah senjata ampuh melawan penyakit hati.
Harta yang disimpan hanya akan menjadi milik ahli waris. Rasulullah ﷺ bersabda: "Harta yang sesungguhnya adalah yang kamu infakkan, sedangkan yang kamu simpan adalah milik ahli warismu." Ini pengingat untuk tidak terlena menumpuk harta.
Dalam Surah Al-Insan ayat 9, ﷻ menjanjikan: "Sesungguhnya kami memberi makan karena mengharap wajah ﷻ, kami tidak mengharap balasan dari kalian." Inilah niat terbaik dalam bersedekah: ikhlas karena-Nya.
Kisah Abu Bakar Ash-Shiddiq juga patut diteladani. Ia menginfakkan seluruh hartanya tanpa sisa. Ketika ditanya, "Apa yang kau tinggalkan untuk keluargamu?" Ia menjawab, "Aku tinggalkan ﷻ dan Rasul-Nya." Keyakinannya tak tergoyahkan.
Orang yang kikir akan menyesal di akhirat. ﷻ berfirman dalam Surah Al-Munafiqun ayat 10: "Mereka akan berkata, ‘Wahai Rabbku, andai Engkau menunda kematianku agar aku bisa bersedekah.’" Penyesalan itu sia-sia karena kesempatan telah hilang.
Rasulullah ﷺ bersabda: "Sedekah menghapus dosa seperti air memadamkan api." (HR. Tirmidzi). Ini adalah motivasi untuk segera beramal sebelum terlambat.
Kedermawanan adalah ciri orang bertakwa. ﷻ berfirman dalam Surah Ali Imran ayat 134: "Mereka yang berinfak di waktu lapang dan sempit." Inilah ujian sebenarnya: tetap memberi meski dalam kesulitan.
Semoga kita dijauhkan dari sifat kikir dan dimudahkan untuk berinfak. Sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ: "Lindungilah dirimu dari neraka, meski hanya dengan sedekah sebutir kurma." (HR. Bukhari).
Referensi:
Al-Quran Surah Al-Baqarah, Ali Imran, Al-Hadid, Al-Lail, dan lainnya.
Hadits riwayat Bukhari, Muslim, Tirmidzi, dan lainnya.
Kisah sahabat dari kitab Siyar A’lam An-Nubala dan Shahih Al-Bukhari.
Posting Komentar