Bahaya Penyakit Hati yang Merusak Pahala Ibadah
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Dengan rahmat dan taufik-Nya kita masih diberi kesempatan untuk menuntut ilmu dan memperdalam agama ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi kita Muhammad ﷺ, keluarga beliau, para sahabatnya, serta orang-orang yang mengikuti sunnah beliau hingga hari kiamat.
Setiap manusia diciptakan oleh ﷲ dengan tujuan yang jelas, yaitu untuk beribadah hanya kepada-Nya. ﷻ berfirman:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku." (QS. Adz-Dzariyat: 56)
Ini menunjukkan bahwa hakikat hidup adalah pengabdian total kepada ﷻ. Tanpa ibadah yang benar, kehidupan manusia akan sia-sia.
Rasulullah ﷺ bersabda:
إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ
"Sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung niatnya." (HR. Bukhari & Muslim)
Hadits ini menegaskan bahwa niat ikhlas karena ﷻ menjadi pondasi diterimanya amal. Tanpa keikhlasan, amal sebesar apapun tidak bernilai di sisi-Nya.
Salafus Shalih (generasi terbaik umat ini) senantiasa khawatir amalan mereka tidak diterima. Mereka beribadah dengan penuh ketakutan (khauf) dan harapan (raja’), sebagaimana firman ﷻ:
وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَىٰ رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ
"Dan orang-orang yang memberikan apa yang mereka berikan dengan hati yang takut (karena mereka tahu) bahwa sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka." (QS. Al-Mu’minun: 60)
Aisyah رضي الله عنها pernah bertanya kepada Rasulullah ﷺ tentang makna ayat ini, dan beliau menjelaskan bahwa yang dimaksud adalah orang yang berpuasa, shalat, dan bersedekah, tetapi tetap takut amalnya tidak diterima.
Ibadah harus dilandasi ilmu, bukan sekadar ikut-ikutan atau tradisi. ﷻ berfirman:
قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ
"Katakanlah: Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" (QS. Az-Zumar: 9)
Tanpa ilmu, ibadah bisa menyimpang dari tuntunan Rasulullah ﷺ. Beliau bersabda:
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
"Barangsiapa melakukan suatu amalan yang tidak ada perintahnya dari kami, maka amalan itu tertolak." (HR. Muslim)
Oleh karena itu, mempelajari agama adalah kewajiban setiap muslim. Tanpa pemahaman yang benar, seseorang bisa terjatuh dalam bid’ah atau syirik tanpa disadari.
Salafus Shalih juga sangat menghindari riya’ (ingin dilihat orang) dan sum’ah (ingin didengar orang). Rasulullah ﷺ memperingatkan:
إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمُ الشِّرْكُ الأَصْغَرُ، قَالُوا: وَمَا الشِّرْكُ الأَصْغَرُ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: الرِّيَاءُ
"Sesungguhnya yang paling aku takutkan menimpa kalian adalah syirik kecil. Para sahabat bertanya: Apa itu syirik kecil, wahai Rasulullah? Beliau menjawab: Riya’." (HR. Ahmad)
Mereka juga tidak merasa aman dari makar ﷻ, karena merasa diri mereka penuh dosa. ﷻ berfirman:
فَلَا يَأْمَنُ مَكْرَ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْخَاسِرُونَ
"Maka tidak ada yang merasa aman dari azab ﷻ kecuali orang-orang yang merugi." (QS. Al-A’raf: 99)
Ibnu Mulaikah berkata: "Aku bertemu dengan 30 sahabat Nabi ﷺ, dan tidak satu pun dari mereka yang mengaku memiliki iman seperti Jibril dan Mikail." Ini menunjukkan betapa tawadhu’nya mereka.
Amal yang diterima harus memenuhi dua syarat:
Ikhlas karena ﷲ
Mengikuti tuntunan Rasulullah ﷺ
Tanpa keduanya, amal akan sia-sia. ﷻ berfirman:
لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا
"Untuk menguji kalian, siapa di antara kalian yang paling baik amalnya." (QS. Al-Mulk: 2)
Fudhail bin ‘Iyadh menafsirkan "ahsan ‘amalan" (amal terbaik) sebagai amal yang paling ikhlas dan paling benar.
Oleh karena itu, seorang muslim harus senantiasa:
- Muhasabah diri (introspeksi).
- Memperbaiki niat.
- Belajar agama untuk menghindari kesalahan.
Rasulullah ﷺ bersabda:
الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ
"Orang yang cerdas adalah yang mengevaluasi dirinya dan beramal untuk kehidupan setelah kematian." (HR. Tirmidzi)
Semoga ﷻ menjadikan kita hamba-Nya yang istiqamah dalam ibadah dan menerima segala amal kita.
Referensi:
Al-Qur’an Al-Karim
Shahih Bukhari & Muslim
Tafsir Ibnu Katsir
Kitab Mubtilaatul A’mal oleh Syaikh Salim bin ‘Id Al-Hilali
Fathul Bari oleh Ibnu Hajar Al-Asqalani
Posting Komentar