Menjaga Harmoni Sosial Melalui Muamalah yang Islami


Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Dengan rahmat dan taufik-Nya kita masih diberi kesempatan untuk menuntut ilmu dan memperdalam agama ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi kita Muhammad ﷺ, keluarga beliau, para sahabatnya, serta orang-orang yang mengikuti sunnah beliau hingga hari kiamat.

Dalam kehidupan sehari-hari, interaksi dengan sesama manusia merupakan bagian tak terpisahkan dari ajaran Islam. Rasulullah ﷺ telah memberikan teladan melalui sabda dan perbuatan beliau tentang bagaimana seharusnya seorang muslim bermuamalah. Secara umum, terdapat tiga model interaksi dalam Islam: almuamalatu bil fadl (bermuamalah dengan kebaikan tertinggi), almuamalatu bil adl (bermuamalah dengan adil), dan almuamalatu bidzulm (bermuamalah dengan kezaliman). Ketiganya memiliki konsekuensi tersendiri, baik di dunia maupun di akhirat.

Allah ﷻ berfirman dalam Surah Asy-Syura ayat 40:
وَجَزَاءُ سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِّثْلُهَا ۖ فَمَنْ عَفَا وَأَصْلَحَ فَأَجْرُهُ عَلَى اللَّـهِ ۚ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ
"Balasan keburukan adalah keburukan yang setimpal. Tetapi barangsiapa memaafkan dan berbuat baik, maka pahalanya atas Allah. Sungguh, Dia tidak menyukai orang-orang zalim."
Ayat ini menjadi landasan utama dalam memahami tiga model interaksi tersebut.

Pertama, almuamalatu bil fadl adalah bermuamalah dengan cara yang paling mulia, yaitu memberikan kebaikan lebih dari yang seharusnya, bahkan kepada orang yang tidak pernah berbuat baik kepada kita. Contoh nyata terdapat dalam Surah Al-Baqarah ayat 237, di mana Allah memerintahkan suami yang menceraikan istri sebelum menggaulinya untuk membayar setengah mahar, namun mendorong mereka untuk saling memaafkan atau bahkan membayar penuh sebagai bentuk kemuliaan.

Kedua, almuamalatu bil adl adalah membalas perbuatan orang lain secara setimpal, baik dalam kebaikan maupun keburukan. Rasulullah ﷺ bersabda dalam hadits riwayat Tirmidzi:
المستبان شيطانان يتهاتران ويتكاذبان
"Dua orang yang saling mencaci adalah dua setan yang saling menghina dan berdusta."
Namun, beliau juga menjelaskan bahwa jika seseorang membalas dengan setimpal tanpa melampaui batas, dosanya kembali kepada yang memulai.

Ketiga, almuamalatu bidzulm adalah interaksi yang mengandung kezaliman, baik dalam perkataan, perbuatan, maupun sikap. Rasulullah ﷺ mengingatkan dalam khutbah terakhirnya bahwa darah, harta, dan kehormatan sesama muslim adalah haram untuk dilanggar. Kezaliman akan dibalas dengan neraka, sebagaimana sabda beliau:
اتَّقُوا الظُّلْمَ فَإِنَّ الظُّلْمَ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
"Takutlah kalian terhadap kezaliman, karena kezaliman adalah kegelapan pada hari kiamat." (HR. Bukhari).

Salah satu bentuk almuamalatu bil fadl yang diajarkan Islam adalah memaafkan kesalahan orang lain. Allah ﷻ berfirman dalam Surah Fussilat ayat 34:
ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ
"Balaslah keburukan dengan kebaikan, niscaya orang yang antara kamu dan dia ada permusuhan akan seperti teman yang setia."
Ini menunjukkan bahwa memaafkan bukanlah kelemahan, melainkan kekuatan yang mendatangkan pahala besar.

Rasulullah ﷺ juga mencontohkan sikap mulia dalam bermuamalah. Suatu ketika, seorang sahabat mengeluh tentang kerabatnya yang selalu berbuat buruk meskipun ia berbuat baik. Rasulullah ﷺ menjawab:
إِنْ كُنْتَ كَمَا قُلْتَ فَكَأَنَّمَا تُسِفُّهُمُ الْمَلَّ وَلَا يَزَالُ مَعَكَ مِنَ اللَّـهِ ظَهِيرٌ عَلَيْهِمْ مَا دُمْتَ عَلَى ذَلِكَ
"Jika engkau benar seperti yang kau katakan, maka seolah-olah engkau menyuapi mereka abu panas, dan selama engkau bersikap demikian, Allah akan senantiasa menolongmu." (HR. Muslim).

Selain itu, Islam mengajarkan untuk berbuat baik dalam transaksi ekonomi. Rasulullah ﷺ mendoakan:
رَحِمَ اللَّـهُ رَجُلًا سَمْحًا إِذَا بَاعَ، وَإِذَا اشْتَرَى، وَإِذَا اقْتَضَى
"Semoga Allah merahmati orang yang mudah ketika menjual, membeli, dan menagih hutang." (HR. Bukhari). Ini menunjukkan bahwa kemudahan dalam muamalah adalah bagian dari akhlak mulia.

Dalam konteks kehidupan rumah tangga, almuamalatu bil fadl juga sangat dianjurkan. Suami dan istri diajarkan untuk saling memaafkan dan berbuat baik, meskipun salah satu pihak melakukan kesalahan. Rasulullah ﷺ bersabda:
خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لِأَهْلِهِ، وَأَنَا خَيْرُكُمْ لِأَهْلِي
"Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik kepada keluarganya, dan aku adalah yang terbaik terhadap keluargaku." (HR. Tirmidzi).

Kesimpulannya, Islam mengajarkan umatnya untuk selalu mengedepankan kebaikan dalam bermuamalah. Baik dengan memaafkan, berbuat adil, atau menghindari kezaliman, semua itu bertujuan untuk menciptakan harmoni sosial dan meraih ridha Allah ﷻ. Sebagai muslim, kita dituntut untuk meneladani Rasulullah ﷺ dalam setiap interaksi, sehingga kehidupan kita penuh dengan keberkahan.

Referensi:
Al-Qur’an Surah Asy-Syura: 40, Al-Baqarah: 237, Fussilat: 34.
Hadits Riwayat Bukhari, Muslim, Tirmidzi.
Kitab Tafsir Ibnu Katsir.
Riyadhus Shalihin karya Imam Nawawi.
Techy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ART
Techy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ART