Mengapa Kita Sangat Membutuhkan ﷻ di Setiap Detik Kehidupan
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Dengan rahmat dan taufik-Nya kita masih diberi kesempatan untuk menuntut ilmu dan memperdalam agama ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi kita Muhammad ﷺ, keluarga beliau, para sahabatnya, serta orang-orang yang mengikuti sunnah beliau hingga hari kiamat.
Segala puji bagi ﷻ yang telah menciptakan manusia dalam sebaik-baik bentuk dan memberikan limpahan nikmat yang tak terhitung jumlahnya. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi ﷺ, keluarga beliau, sahabat-sahabat beliau, serta seluruh kaum muslimin yang mengikuti petunjuknya hingga hari akhir.
Hidup di dunia ini penuh dengan berbagai ujian dan cobaan. Terkadang hati kita diliputi kesedihan, fisik mengalami keletihan atau sakit, dan berbagai rencana yang kita buat tak kunjung terwujud. Cita-cita yang diangan-angankan, keinginan yang belum tercapai, serta berbagai permasalahan hidup yang datang silih berganti menjadi bagian dari perjalanan seorang insan di dunia. Namun di balik semua itu, ada satu hakikat penting yang sering kita lupakan: betapa kita sangat membutuhkan ﷻ dalam setiap detik kehidupan kita.
Manusia adalah makhluk yang lemah, tak memiliki daya dan upaya kecuali atas izin ﷻ. Semua kekuatan dan kemampuan yang kita miliki sejatinya adalah pemberian dari-Nya. ﷻ berfirman: “Wahai manusia, kamulah yang memerlukan (butuh) kepada ﷻ; dan ﷻ Dialah Yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” (QS. Fathir: 15). Firman ini mengingatkan kita bahwa semua manusia tanpa kecuali adalah faqir (fakir), sangat membutuhkan ﷻ dalam segala hal, baik yang tampak maupun yang tersembunyi.
Tak sedikit di antara kita yang merasa seolah memiliki kendali penuh atas hidup ini. Jabatan, harta, kehormatan, dan kekuasaan terkadang membuat manusia lupa bahwa semua itu tidak berarti apa-apa di sisi ﷻ. Bahkan napas yang kita hirup, detak jantung yang terus berdetak, semuanya hanya terjadi atas izin ﷻ. Setiap pagi saat kita bangun dari tidur, kita membaca doa: “Alhamdulillahilladzi ahyana ba’da ma amatana wa ilaihin nusyur.” Segala puji bagi ﷻ yang telah menghidupkan kami setelah mematikan kami, dan hanya kepada-Nya lah tempat kembali. Ini adalah bentuk pengakuan bahwa kita tak bisa hidup tanpa kehendak ﷻ.
Betapa banyak nikmat yang kita nikmati setiap hari tanpa kita sadari: udara yang kita hirup, makanan yang kita makan, air yang kita minum. Semuanya adalah karunia dari ﷻ. Dalam sebuah hadits qudsi yang diriwayatkan oleh Muslim, ﷻ berfirman: “Wahai hamba-Ku, kalau seluruh manusia dan jin dari yang pertama hingga yang terakhir semuanya bertakwa seperti orang yang paling bertakwa di antara kalian, tidak akan menambah kekuasaan-Ku sedikit pun. Dan jika mereka semuanya berbuat dosa seperti yang paling durhaka di antara kalian, tidak akan mengurangi kekuasaan-Ku sedikit pun.”
Hadits ini menunjukkan bahwa segala ibadah yang kita lakukan, semua amal saleh yang kita kerjakan, sejatinya adalah untuk kebaikan diri kita sendiri. ﷻ tidak membutuhkan ibadah kita, justru kitalah yang sangat memerlukan rahmat dan keridhaan-Nya. Dalam Al-Qur’an disebutkan: “Barang siapa yang bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri. Dan barang siapa yang kufur, maka sesungguhnya Rabb-ku Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” (QS. Luqman: 12).
Kita juga sering terjebak dalam keangkuhan, menganggap bahwa keberhasilan yang kita raih adalah hasil usaha pribadi. Kita lupa bahwa setiap rezeki yang kita dapatkan datangnya dari ﷻ. Jika kita kufur, tidak mensyukuri nikmat-Nya, maka itu tidak mengurangi kemuliaan ﷻ sedikit pun. Firman-Nya: “Jika kamu kufur, maka sesungguhnya ﷻ Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” (QS. Ibrahim: 8).
Keberadaan kita di dunia ini sangat bergantung pada kemurahan dan kasih sayang ﷻ. Bahkan dalam hal sekecil apapun, kita sangat memerlukan bantuan dan pertolongan-Nya. Tidak ada satupun anggota tubuh kita yang bisa bergerak tanpa izin-Nya. Oleh karena itu, betapa pentingnya kita untuk senantiasa beribadah dengan penuh keikhlasan, semata-mata untuk menggapai keridhaan ﷻ.
Seorang mukmin yang memahami hakikat kebutuhannya kepada ﷻ akan senantiasa bersungguh-sungguh dalam ketaatan. Ia akan memperbanyak ibadah, sedekah, dan amal saleh bukan karena ﷻ membutuhkan amal tersebut, melainkan karena ia sendiri yang sangat memerlukan pahala dan rahmat-Nya. Dalam Al-Qur’an disebutkan: “Dan barang siapa yang berjihad, maka sesungguhnya jihad itu adalah untuk dirinya sendiri. Sesungguhnya ﷻ Maha Kaya dari semesta alam.” (QS. Al-Ankabut: 6).
Harta yang kita miliki adalah titipan. Jika kita bakhil dan enggan menginfakkannya di jalan ﷻ, maka sejatinya kita menzalimi diri kita sendiri. Firman ﷻ: “Barang siapa yang bakhil, maka sesungguhnya dia bakhil terhadap dirinya sendiri. Dan ﷻ Maha Kaya sedangkan kalian adalah orang-orang fakir.” (QS. Muhammad: 38).
Betapa indah jika seorang muslim senantiasa merenungi ayat-ayat ini dan menjadikannya pengingat untuk selalu bersyukur, merendahkan diri di hadapan ﷻ, dan memperbanyak amal kebaikan. Syukur atas segala nikmat adalah kunci untuk meraih tambahan nikmat, sebagaimana firman ﷻ: “Jika kalian bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepada kalian, dan jika kalian kufur, sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim: 7).
Realita hari ini menunjukkan bahwa banyak di antara kita yang lalai dalam bersyukur. Tidak jarang kita terlalu sibuk mengejar kebutuhan dunia hingga melalaikan ibadah kepada ﷻ. Padahal dunia dan segala isinya bersifat fana, sementara ibadah dan amal kebaikanlah yang akan menemani kita di akhirat kelak.
Kemudahan kita melangkahkan kaki menuju masjid, mendengarkan adzan, melaksanakan shalat, dan menunaikan ibadah-ibadah lain adalah nikmat besar yang tidak boleh diabaikan. Di banyak tempat di dunia, kaum muslimin menghadapi berbagai kesulitan hanya untuk bisa menunaikan kewajiban agama mereka. Maka bagi kita yang hidup dalam kemudahan, sudah seharusnya lebih bersungguh-sungguh dalam menjalankan perintah ﷻ.
Segala ibadah yang kita kerjakan sebaiknya disertai dengan rasa syukur dan penghambaan yang tulus. Tidak menunda-nunda shalat karena urusan dunia, tidak menahan diri dari bersedekah karena rasa bakhil, dan tidak mengabaikan peluang-peluang untuk berbuat baik. Semakin kita sadar akan kebutuhan kita kepada ﷻ, semakin ringan langkah kita menuju kebaikan.
Maka marilah kita manfaatkan sisa umur yang diberikan ﷻ dengan memperbanyak amal saleh. Bersyukurlah atas setiap nikmat, gunakan kekuatan dan kesehatan untuk taat kepada-Nya, dan jangan sekali-kali merasa cukup tanpa pertolongan-Nya. Karena di akhirat kelak, yang akan menyelamatkan kita hanyalah rahmat ﷻ dan amal kebaikan yang diterima-Nya.
Semoga ﷻ senantiasa memberikan kita taufik dan hidayah untuk menjadi hamba-hamba yang selalu sadar akan kebutuhan kita kepada-Nya, hamba yang bersyukur, tunduk, dan taat kepada perintah-Nya sepanjang hayat.
Wallahu a’lam.
Referensi:
Al-Qur’an Al-Karim
Shahih Muslim
Tafsir Ibnu Katsir
Hadits Qudsi
Posting Komentar