Hikmah di Balik Perintah Bersuci dalam Islam
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Dengan rahmat dan taufik-Nya kita masih diberi kesempatan untuk menuntut ilmu dan memperdalam agama ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi kita Muhammad ﷺ, keluarga beliau, para sahabatnya, serta orang-orang yang mengikuti sunnah beliau hingga hari kiamat.
Thaharah atau bersuci merupakan pintu gerbang seluruh ibadah dalam Islam. Rasulullah ﷺ bersabda: "Kunci shalat adalah thaharah." (HR. Abu Dawud). Hadis ini menunjukkan bahwa tidak ada ibadah yang sah tanpa diawali dengan kesucian, baik secara lahir maupun batin. Thaharah bukan sekadar ritual fisik, tetapi juga simbol pembersihan hati dari kotoran dosa dan maksiat.
Dalam kitab Bulughul Maram, Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani memulai pembahasan fikih dengan bab thaharah. Ini mengisyaratkan bahwa kesucian adalah prasyarat utama sebelum melangkah kepada ibadah-ibadah lainnya. Allah ﷻ berfirman: "Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri." (QS. Al-Baqarah: 222). Ayat ini menegaskan betapa thaharah memiliki kedudukan mulia di sisi-Nya.
Thaharah terbagi menjadi dua jenis: bersuci dari hadas dan bersuci dari najis. Bersuci dari hadas mencakup wudu untuk hadas kecil dan mandi wajib untuk hadas besar. Sedangkan bersuci dari najis meliputi pembersihan badan, pakaian, dan tempat dari kotoran yang nyata. Rasulullah ﷺ mengingatkan: "Kebersihan adalah sebagian dari iman." (HR. Muslim). Ini menunjukkan keterkaitan erat antara kebersihan fisik dengan kesempurnaan keimanan.
Wudu sebagai bentuk thaharah memiliki keutamaan luar biasa. Rasulullah ﷺ bersabda: "Tidaklah seorang muslim berwudu lalu membaguskan wudunya, kemudian dia berdiri shalat dua rakaat dengan menghadirkan hati dan wajahnya, melainkan surga wajib baginya." (HR. Abu Dawud). Wudu tidak hanya membersihkan anggota tubuh, tetapi juga menjadi sarana penghapus dosa-dosa kecil.
Mandi wajib (janabah) juga memiliki aturan tersendiri dalam Islam. Dari Aisyah radhiyallahu 'anha, Rasulullah ﷺ mengajarkan tata cara mandi junub yang sempurna (HR. Bukhari). Mandi ini wajib dilakukan setelah berhubungan suami-istri, keluar mani, atau setelah haid dan nifas bagi wanita. Allah ﷻ berfirman: "Dan jika kamu junub maka mandilah." (QS. Al-Maidah: 6).
Bersuci dari najis juga memiliki ketentuan khusus. Najis dibagi menjadi tiga kategori: mughallazhah (berat), mutawassithah (sedang), dan mukhaffafah (ringan). Untuk najis anjing misalnya, Rasulullah ﷺ memerintahkan untuk dibasuh tujuh kali, salah satunya dengan tanah (HR. Muslim). Ini menunjukkan kesempurnaan syariat Islam dalam menjaga kebersihan.
Tayamum menjadi alternatif thaharah ketika tidak ada air atau dalam kondisi sakit. Allah ﷻ berfirman: "Dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau datang dari tempat buang air atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan tanah yang baik." (QS. An-Nisa': 43). Tayamum mengajarkan bahwa Islam adalah agama yang mudah dan penuh kemudahan.
Thaharah juga mencakup kebersihan lingkungan. Rasulullah ﷺ bersabda: "Hindarilah tiga perkara yang terlaknat: buang air di jalan umum, di tempat berteduh, dan di sumber air." (HR. Abu Dawud). Ini menunjukkan betapa Islam sangat memperhatikan kebersihan publik dan larangan mencemari lingkungan.
Kebersihan mulut melalui siwak juga bagian dari thaharah. Rasulullah ﷺ bersabda: "Seandainya tidak memberatkan umatku, niscaya aku perintahkan mereka bersiwak setiap akan shalat." (HR. Bukhari). Siwak tidak hanya membersihkan gigi tetapi juga menjadi sebab ridha Allah dan sunnah yang sangat dianjurkan.
Thaharah memiliki dimensi spiritual yang dalam. Imam Al-Ghazali menjelaskan bahwa thaharah lahir harus dibarengi dengan thaharah batin. Membersihkan hati dari sifat-sifat tercela seperti riya, ujub, dan hasad sama pentingnya dengan membersihkan badan dari najis. Allah ﷻ berfirman: "Beruntunglah orang yang menyucikan jiwanya." (QS. Asy-Syams: 9).
Dalam ibadah haji, thaharah menjadi rukun utama. Ihram diawali dengan mandi sunnah, memotong kuku, dan membersihkan diri. Rasulullah ﷺ bersabda: "Barangsiapa berhaji tanpa berbuat rafats dan fusuq, maka dia kembali seperti bayi yang baru lahir." (HR. Bukhari). Ini menunjukkan kesucian lahir batin dalam ibadah haji.
Thaharah juga mengajarkan disiplin waktu. Wudu yang baik dilakukan sebelum masuk waktu shalat, bukan di menit-menit terakhir. Rasulullah ﷺ mengajarkan doa setelah wudu: "Aku bersaksi tidak ada ilah selain Allah, dan Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya." (HR. Muslim). Doa ini menjadi penyempurna thaharah.
Kesalahan umum dalam thaharah adalah tidak memperhatikan basuhan saat wudu. Rasulullah ﷺ mengingatkan: "Celakalah tumit-tumit yang tidak terkena air wudu." (HR. Bukhari). Ini menunjukkan pentingnya menyempurnakan setiap gerakan wudu tanpa terburu-buru.
Thaharah juga menjadi pembeda antara muslim dan non-muslim. Rasulullah ﷺ bersabda: "Perbedaan antara kita dengan orang musyrik adalah bahwa mereka tidak berwudu." (HR. Abu Dawud). Ini menunjukkan bahwa thaharah adalah identitas dan ciri khas umat Islam.
Dalam kondisi darurat seperti sakit, Islam memberikan keringanan. Boleh berwudu dengan cara diusap (tayammum) atau menggunakan air secukupnya. Rasulullah ﷺ melihat seorang sahabat yang tidak membasuh sebagian anggota wudunya, beliau berkata: "Kembalilah dan perbaiki wudumu." (HR. Abu Dawud).
Thaharah mengajarkan konsistensi. Rasulullah ﷺ mempertahankan wudu sepanjang hari. Aisyah radhiyallahu 'anha berkata: "Rasulullah ﷺ selalu dalam keadaan suci." (HR. Ahmad). Ini menjadi teladan bagi kita untuk senantiasa menjaga kesucian.
Kesempurnaan thaharah tercermin dalam kehidupan sehari-hari. Mulai dari kebersihan kamar mandi, pakaian, hingga makanan. Rasulullah ﷺ bersabda: "Tutuplah bejana, ikatlah tempat air, dan matikanlah lampu." (HR. Bukhari). Semua ini bagian dari thaharah dalam arti luas.
Thaharah juga menjadi syarat sahnya shalat jenazah. Rasulullah ﷺ mengajarkan: "Mandikanlah dia dengan air dan daun bidara." (HR. Bukhari). Bahkan dalam kematian pun, Islam sangat memperhatikan kesucian.
Terakhir, thaharah mengantarkan pada kebahagiaan dunia akhirat. Rasulullah ﷺ bersabda: "Bersuci adalah separuh iman." (HR. Muslim). Dengan thaharah yang sempurna, ibadah menjadi lebih khusyuk dan hidup lebih berkah.
Referensi:
Shahih Bukhari, Kitab Thaharah
Shahih Muslim, Kitab Thaharah
Sunan Abu Dawud, Kitab Thaharah
Bulughul Maram, Ibnu Hajar Al-Asqalani
Tafsir Ibnu Katsir
Posting Komentar