Adab Membaca Al-Qur’an: Menghormati Kalamullah


Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Dengan rahmat dan taufik-Nya kita masih diberi kesempatan untuk menuntut ilmu dan memperdalam agama ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi kita Muhammad ﷺ, keluarga beliau, para sahabatnya, serta orang-orang yang mengikuti sunnah beliau hingga hari kiamat.

Membaca Al-Qur’an adalah ibadah mulia yang memerlukan adab agar kita mendapatkan keberkahan dan manfaat dari kalam ﷲ. Salah satu adab utama adalah bersuci sebelum membaca Al-Qur’an. Meskipun membaca tanpa menyentuh mushaf boleh dilakukan tanpa wudu, menyentuh mushaf Al-Qur’an disyaratkan suci dari hadas. Dalilnya adalah sabda Rasulullah ﷺ: "Tidak boleh menyentuh Al-Qur’an kecuali orang yang suci" (HR. Ad-Daruqutni, dishahihkan Al-Albani).


Membersihkan mulut dengan siwak sebelum membaca Al-Qur’an juga dianjurkan sebagai bentuk penghormatan. Rasulullah ﷺ bersabda: "Bersiwak itu membersihkan mulut dan mendatangkan ridha ﷲ" (HR. Ahmad). Hal ini menjaga kesucian lisan saat melantunkan ayat-ayat ﷲ.

Memilih tempat yang bersih untuk membaca Al-Qur’an, seperti masjid atau ruangan khusus di rumah, termasuk adab yang diajarkan. ﷲ berfirman: "Di rumah-rumah yang di sana ﷲ telah diperbolehkan untuk disebut nama-Nya" (QS. An-Nur: 36). Membaca di tempat kotor atau bising mengurangi kekhusyukan.

Menghadap kiblat dengan postur sopan dan tenang juga dianjurkan. Imam Nawawi dalam At-Tibyan menyatakan bahwa duduk menghadap kiblat sambil menundukkan kepala mencerminkan ketawaduan terhadap kalam ﷲ. Ini sejalan dengan firman-Nya: "Mereka yang berzikir kepada ﷲ sambil berdiri, duduk, atau berbaring" (QS. Ali Imran: 191).

Membaca ta’awudz (أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ) sebelum memulai bacaan adalah sunnah berdasarkan QS. An-Nahl: 98: "Apabila kamu membaca Al-Qur’an, mintalah perlindungan kepada ﷲ dari setan yang terkutuk." Ta’awudz dilanjutkan dengan basmalah, kecuali saat membaca Surah At-Taubah.

Membaca dengan tartil (perlahan dan jelas) adalah perintah ﷲ dalam QS. Al-Muzzammil: 4. Rasulullah ﷺ bersabda: *"Bacalah Al-Qur’an dengan tartil, sebab setiap huruf mendatangkan 10 kebaikan"* (HR. Tirmidzi). Tartil membantu memahami makna dan menghindari kesalahan tajwid.

Mentadaburi ayat adalah inti dari membaca Al-Qur’an. ﷲ berfirman: "Tidakkah mereka merenungi Al-Qur’an, ataukah hati mereka terkunci?" (QS. Muhammad: 24). Ulama salaf seperti Imam Nawawi menceritakan kisah sahabat yang mengulang satu ayat semalaman hingga paham betul maknanya.

Menangis saat membaca ayat ancaman atau janji ﷲ adalah tanda keimanan. Rasulullah ﷺ pernah menangis saat membaca ayat tentang neraka (HR. Bukhari). ﷲ berfirman: "Mereka menyungkurkan wajah sambil menangis, dan kekhusyukan mereka bertambah" (QS. Al-Isra: 109).

Memperindah suara tanpa melanggar kaidah tajwid adalah sunnah. Nabi ﷺ bersabda: "Hiasilah Al-Qur’an dengan suaramu" (HR. Abu Dawud). Namun, berlebihan dalam melagukan hingga merusak makna hukumnya haram.

Tidak mengganggu orang lain dengan suara keras, terutama di masjid atau saat ada yang tidur. Rasulullah ﷺ menegur sahabat yang mengeraskan bacaan hingga mengganggu jamaah (HR. Bukhari).

Tidak bercanda atau tertawa saat membaca Al-Qur’an. Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin menekankan pentingnya fokus dan menghindari hal yang melalaikan.

Membaca dari mushaf lebih utama karena melihat huruf-huruf Al-Qur’an bernilai ibadah. Rasulullah ﷺ bersabda: "Siapa yang membaca satu huruf Al-Qur’an, baginya satu kebaikan yang dilipatgandakan" (HR. Tirmidzi).

Wanita haid boleh membaca Al-Qur’an secara lisan tanpa menyentuh mushaf menurut pendapat ulama yang membolehkan, terutama untuk menghafal. Namun, jumhur ulama melarangnya kecuali dalam keadaan darurat seperti ujian.

Dengan menjaga adab-adab ini, kita menghormati Al-Qur’an sebagai petunjuk hidup. Rasulullah ﷺ bersabda: "Bacalah Al-Qur’an, kelak ia akan menjadi syafaat bagi pembacanya di hari Kiamat" (HR. Muslim).

Referensi:

Al-Qur’an Al-Karim

Shahih Bukhari & Muslim

At-Tibyan fi Adab Hamalatil Quran (Imam Nawawi)

Irwa’ Al-Ghalil (Al-Albani)

Ihya Ulumuddin (Al-Ghazali)
Techy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ART
Techy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ART