Adab-adab dalam berdoa

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Dengan rahmat dan taufik-Nya kita masih diberi kesempatan untuk menuntut ilmu dan memperdalam agama ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi kita Muhammad ﷺ, keluarga beliau, para sahabatnya, serta orang-orang yang mengikuti sunnah beliau hingga hari kiamat.

Doa merupakan inti ibadah dalam Islam. Rasulullah ﷺ bersabda, “Doa adalah ibadah” (HR. Tirmidzi, no. 2969; hasan shahih). Dalam ibadah yang begitu agung ini, bukan hanya lafaz yang penting, tetapi juga adab dan tata caranya. Karena dengan memahami dan mengamalkan adab-adab tersebut, doa seorang hamba lebih berpeluang untuk diterima oleh Allah ﷻ.

Salah satu adab pertama yang perlu diperhatikan adalah niat yang tulus dan pengakuan atas kehambaan diri di hadapan Allah. Sebelum memulai doa, seorang muslim hendaknya hadirkan niat yang benar, bukan semata menginginkan dunia atau kedudukan, melainkan karena rasa butuh dan tunduk kepada Allah. Allah berfirman, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya Aku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina” (QS. Ghafir: 60).

Adab berikutnya adalah mengawali doa dengan memuji Allah dan bershalawat kepada Nabi Muhammad ﷺ. Ini sesuai dengan sunnah Rasulullah ketika beliau mendengar seseorang langsung berdoa tanpa memuji Allah dan bershalawat, beliau bersabda, “Jika salah seorang di antara kalian berdoa, hendaklah dia mulai dengan memuji Allah dan menyanjung-Nya, kemudian bershalawat kepada Nabi, lalu berdoalah sesuai kehendaknya” (HR. Abu Dawud no. 1481, shahih menurut Al-Albani).

Ketika seorang hamba mengagungkan Allah di awal doanya, ia sejatinya sedang menunjukkan pengakuan bahwa hanya Allah yang Maha Kuasa dan Maha Pemurah. Ini bukan sekadar formalitas, tetapi bentuk penghormatan dan etika tinggi dalam bermunajat kepada Rabbul ‘Alamin.

Selanjutnya, doa harus dipanjatkan dengan penuh kekhusyukan dan harapan. Allah mencintai hamba yang merendahkan dirinya di hadapan-Nya. Dalam QS. Al-A’raf ayat 55, Allah memerintahkan, “Berdoalah kepada Tuhanmu dengan rendah hati dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” Rendah hati di sini mencakup kekhusyukan hati, pengakuan atas kelemahan diri, dan keyakinan bahwa hanya Allah tempat bergantung.

Keimanan dan keyakinan bahwa Allah akan mengabulkan doa juga merupakan adab yang utama. Rasulullah ﷺ bersabda, “Berdoalah kepada Allah dan kalian yakin akan dikabulkan, dan ketahuilah bahwa Allah tidak akan mengabulkan doa dari hati yang lalai dan tidak serius” (HR. Tirmidzi, no. 3479; hasan). Maka ketika berdoa, janganlah ada keraguan di hati. Doa yang diiringi dengan keyakinan adalah tanda tawakkal sejati kepada Allah.

Memilih waktu-waktu mustajab juga merupakan bentuk kesungguhan dalam berdoa. Allah menyediakan waktu-waktu khusus di mana doa lebih mudah dikabulkan. Di antaranya adalah pada sepertiga malam terakhir, sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ, “Rabb kita Tabaraka wa Ta'ala turun ke langit dunia pada sepertiga malam terakhir... dan berkata: Siapa yang berdoa kepada-Ku, maka Aku akan mengabulkannya...” (HR. Bukhari, no. 1145; Muslim, no. 758).

Selain itu, doa juga dianjurkan dalam keadaan-keadaan tertentu, seperti saat sujud, antara azan dan iqamah, ketika berpuasa, dan saat hujan turun. Semua ini menunjukkan bahwa ada dimensi spiritual yang lebih dalam dalam memilih waktu untuk bermunajat.

Isi doa sebaiknya jelas dan spesifik. Nabi Muhammad ﷺ tidak suka doa yang terlalu umum, dan beliau menganjurkan agar meminta hal-hal yang detail, menunjukkan bahwa kita benar-benar tahu apa yang kita butuhkan dan menyadari siapa yang kita hadapi. Hal ini sesuai dengan hadits: “Jika salah seorang di antara kalian berdoa, maka hendaknya ia memperbanyak permintaan, karena ia memohon kepada Rabb-nya” (HR. Ibn Hibban, no. 874; shahih).

Sikap tidak tergesa-gesa juga menjadi adab penting dalam berdoa. Rasulullah ﷺ bersabda, “Doa salah seorang di antara kalian akan dikabulkan selama tidak tergesa-gesa dengan berkata: ‘Aku telah berdoa, namun belum dikabulkan’” (HR. Bukhari no. 6340; Muslim no. 2735). Doa adalah bentuk ujian keimanan; apakah seorang hamba tetap bersabar atau mudah putus asa.

Hendaknya seorang hamba memperbanyak istighfar dalam doanya. Karena dosa adalah penghalang terbesar terkabulnya doa. Dalam QS. Nuh ayat 10-12, Nabi Nuh berkata kepada kaumnya, “Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sungguh Dia Maha Pengampun, niscaya Dia akan menurunkan hujan lebat atasmu dan memperbanyak harta serta anak-anakmu.”

Setelah memanjatkan doa, dianjurkan pula menutupnya dengan pujian dan shalawat, sebagaimana awalnya. Ini menjaga struktur doa dalam bentuk yang penuh adab dan kesopanan, seperti ucapan terima kasih setelah menyampaikan permintaan.

Doa adalah hubungan personal antara makhluk yang lemah dengan Rabb Yang Maha Kuasa. Maka, janganlah berdoa hanya di kala susah. Allah berfirman, “Dan apabila manusia ditimpa bahaya, ia menyeru Kami, kemudian apabila Kami berikan nikmat kepadanya, ia lupa akan bahaya itu...” (QS. Az-Zumar: 8). Istiqamah dalam berdoa adalah bukti keimanan yang stabil.

Meski doa memiliki kedudukan yang tinggi, tidak berarti seorang hamba cukup hanya berdoa tanpa ikhtiar. Islam mengajarkan kesatuan antara doa dan usaha. Rasulullah ﷺ sendiri mempersiapkan segala hal sebelum berperang, meski beliau juga berdoa sepanjang malam. Ini menunjukkan keseimbangan antara spiritualitas dan usaha nyata.

Ketika doa belum dikabulkan, seorang muslim harus tetap husnuzhan kepada Allah. Bisa jadi Allah menunda pengabulan demi kebaikan kita di dunia atau akhirat. Sebagaimana sabda Nabi ﷺ, “Tidaklah seorang muslim berdoa kepada Allah dengan doa yang tidak mengandung dosa atau memutus silaturahim, kecuali Allah akan memberikan baginya salah satu dari tiga: dikabulkan segera, ditunda untuk akhirat, atau dihindarkan dari keburukan yang serupa” (HR. Ahmad, no. 11133; shahih).

Doa juga menjadi cermin akhlak. Orang yang berdoa dengan penuh adab, menunjukkan bahwa ia memiliki kesadaran ruhiyah yang tinggi. Sedangkan orang yang berdoa dengan angkuh, tanpa rasa butuh, justru menunjukkan kehampaan batinnya.

Adab-adab dalam berdoa bukan semata-mata aturan luar, melainkan juga merupakan bentuk pendidikan jiwa. Orang yang memperhatikan adab dalam doanya, sejatinya sedang mendidik jiwanya untuk tunduk, bersih, dan sadar akan kehadiran Allah.

Dengan demikian, mengamalkan adab-adab dalam berdoa bukan hanya akan memperindah ibadah itu sendiri, tetapi juga memperkuat koneksi ruhani seorang hamba dengan Tuhannya. Doa menjadi sarana pembersih jiwa, pengokoh iman, dan pengundang rahmat.

Semoga kita termasuk orang-orang yang dimudahkan untuk senantiasa berdoa dengan adab yang benar, dan semoga Allah ﷻ mengabulkan setiap doa-doa kita dengan kasih sayang dan hikmah-Nya. Aamiin.

Referensi Utama:

Al-Qur’an: QS. Ghafir: 60, QS. Al-A’raf: 55, QS. Az-Zumar: 8, QS. Nuh: 10-12

Hadits Shahih: HR. Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Abu Dawud, Ahmad, Ibn Hibban

Kajian: “Adab dalam Berdoa – Ustadz Abu Ziyad Desman, MA”
Techy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ART
Techy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ART